Kamis, 06 Juni 2013

Notulensi Nichiren Sho Shu


Notulensi ‘ Nichiren Shoshu ‘
Oleh: Ika Wahyu Susanti/ PA/ 4/ B

·         Jepang merupakan jalur terakhir penyebaran agama Buddha di jalur utara, yang sudah mengalami tahapan Buddha yang berkembang. Buddha Mahayana yang berkembang saat itu telah mengalami pengaruh lokal Tao dan Shinto.
·         Nichiren adalah seorang putera dari nelayan sederhana di kota Kominato—sebuah desa nelayan di Provinsi Awa (Chiba-ken). Ia dilahirkan pada 16 Februari 1222 dengan nama Nichiro atau sumber lain mengatakan Zennichiro atau Zennichi maro.
·         Nichiren muda memiliki dua pertanyaan mendasar  yaitu:

a.      Pertama adalah bagaimana ia bisa mengalami kepastian keselamatan?
b.      Kedua adalah mengapa pasukan kekaisaran dikalahkan oleh rezim Kamakura tahun 1221 terlepas dari doa dan inkarnasi yang ditawarkan oleh Tendai dan Shingon rohaniwan atas nama penyebab kekaisaran?
·         Buddha Sâkyamuni di Saddharma Pundarika Sutra diidentifikasikan dengan Buddha Amitâbha, dan pembacaan Nembutsu juga didorong untuk dibacakan bersama Saddharma Pundarika Sutra.
·         Pada tahun 1253 Nichiren memulai misi kenabiannya yaitu untuk mengajak manusia kembali kepada jalan Lotus-Sutra.
·         Aliran Pure-Land terutama, meyakini bahwa Amida merupakan Buddha setelah Sakyamuni (Siddharta Gautama).
·         Pandangan Nichiren, Buddha yang patut disembah adalah Sakyamuni; sehingga Nichiren beranggapan bahwa Pure-Land  telah menyimpang dari ajaran Buddhisme yang murni.
·         Ajaran-ajaran Nichiren yang menentang aliran-aliran Buddha yang lain di Jepang diungkapkan sendiri olehnya: “those who practice invocation to Amitabha are due to suffer continuous punishment in Hell; the Zen sect is the devil; the Shingon sect is the ruiner of the country; the Ritsu sect is the enemy of the country”.
·         Nichiren meninggal di Ikegami pada tanggal 13 October 1282, pada usia enam puluh tahun.[1]
·         Mantra dari aliran Nichiren ini adalah Namu-Myoho-Renge-Kyo. Maknanya adalah:
a.      Namu or Nam: Nam merupakan kependekan dari Namu yang berarti kesetiaan.
b.      Myoho: Myo merujuk pada aspek spiritual dalam kehidupan; sementara Ho merujuk pada aspek fisikal atau material dalam kehidupan. Mengombinasikan keduanya menjadi satu kata merepresentasikan interpenetrasi dari keduanya; aspek spiritual dan fisikal saling menyatu. Myo juga berarti kehidupan sementara ho kematian; lagi-lagi keduanya adalah dua hal yang merepresentasikan interpenetrasi dari kehidupan dan kematian.
c.       Renge: secara literal, Renge berarti bunga teratai (lotus flower), yang menyimbolkan keagungan Hukum ini. Karena teratai memproduksi biji dan bunganya pada saat yang bersamaan, renge merepresentasikan keseiringan antara sebab dan akibat.
d.      Kyo: berarti ajaran atau sutra. Juga bisa berarti suara, vibrasi atau ritme; karena sebuah sutra merupakan suatu suara yang teremanasi dari Buddha.
·         Tahun 1294 adalah tahun dimulainya penyebaran ajaran Nichiren di Kyoto; kemudian terus berkembang hingga abad ke-14.
·         Ajaran-ajaran Nichiren Shoshu antara lain:
                                i.            Nam-myoho-renge-kyo
                              ii.            Ghohonzon
Penganut ajaran ini menganggap bahwa siapa saja yang tawakal kepada Dai-Gohonzon dan mengucapkan Nam-myoho-renge-kyo kepada roh perorangannya maka ia akan dapat bergabung dengan roh alam semesta.
                            iii.            Teori Kaidan
Kaiadn adalah suatu balai Buddhis tempat para calon pendeta mengangkat nadar keagamaan. Yakni merupakan pusat pemuajaan dimana semua orang dapat menyatakan kebulatan tekad merekauntuk mengubah hidup mereka sendiri dan seluruh umat manusia dan membersihkan diri mereka dari karma yang menyedihkan diri mereka dari karma yang menyedihkan melalui kekuatan Dai-gohonzon yang maha besar.
·         Agama Buddha Nichiren Shoshu pertama-tama masuk ke Indonesia pada tahun 1950-an. Tahun 1964 dibentuk wadah bagi umat Nichiren Shoshu di Indonesia yaitu NSI (Nichiren Shoshu Indonesia).
·         Berkembang mula-mula di Jakarta. Sejak kepemimpinan Senosoenoto, agama Buddha Nichiren Shoshu berkembang luas hingga ke desa-desa.
·         Program Senosoenoto terhadap arah perjuanagan Nichiren Shoshu di Indonesia terbagi menjadi beberapa tahap diantaranya:
i.                    Masa Perkenalan (1963-1972)
Ditandai denga lahirnya “ Yayasan Buddhis Nichiren Shoshu Indonesia tanggal 22 September 1970 No. 76”
ii.                  Masa Pembuktian (1972-1979)
Pada masa pembuktian, identitas Nichiren Shoshu Indonesia mulai aktif dengan gerakan-gerakan masyarakat dan berpartisipasi dalam majelis-majelis agama Buddha yang mulai dengan ikut sertanya Majelis Agama Buddha Nichiren Shoshu Indonesia di dalam musyawarah Intern Umat Beragama Buddha di Lawang Jawa Timur, tanggal 12-14 Maret 1976.
iii.                Masa Pembentukan Pondasi (1980-1987)
Masa ini merupakan masa terberat bagi Majelis Agama Buddha Nichiren Shoshu Indonesia, karena pada masa ini fokus perjuangan mulai ditunjukkan untuk mencari dan membangun jalur-jalur penyebarluasan Agama Buddha Nichren Shoshu Indonesia. Oleh karena itu pada tahun 1981-1982 telah ditetapkan sebagai “Tahun Kepemudaan”, sesuai dengan kebijaksanaan yang telah diputuskan. Pada masa ini juga terlaksana beberapa kegiatan. Diantaranya:
ü  Kegiatan kemasyarakatan
ü  Kegiatan dalam bidang kesenian.
ü  Turut membantu dalam memecahkan masalah-masalah nasional sekaligus mensukseskan program-program pemerintah seperti seminar-seminar atau penetaran-penataran.
ü  Bagi pemuda-pemuda juga mengadakan kegiatan-kegiatan seperti pengelolaan perpustakaan, ceramah dari tokoh-tokoh masyarakat, dll
·         Kata ‘’sadaparibhuta’’ diambil dari nama seorang tokoh Boddhisatva yang merupakan judul dari Bab XX Saddharma Pundarika Sutra yang berarti ‘’selalu tidak meremehkan’’ ( Sada= selalu, A= tidak, Paribhuta= meremehkan).[2]
·         Kompleks Vihara Sadaparibhuta ini terletak di antara bukit-bukit indah di desa Megamendung, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Di atas tanah seluas 8 hektar itu terdapatsebuah tempat peristirahatan, sebuah rumah Joglo asal Jawa Tengah, bukit perkemahaan dan vihara Sadarparibhuta I, II, dan III.[3]
·         Di antara perkembangan Organisasi Agama Buddha di Indonesia, yaitu:[4]
ü  Berdiri Organisasi Java Buddhists Association pada tahun 1930 yang merupakan bagian dari The International Buddhists Missionary ( Berpusat di Thaton, Myanmar ).
ü  Terbit Majalah Moestika Dharma pada tahun 1932 yang dipimpin oleh Kwee Tek Hoay.
ü  Peristiwa-peristiwa penting bagi agama Budha yang terjadi pada tahun 1934 antara lain adalah:
1.       Ong Soe An ( tokoh Theosofi Bandung ) mengundang Bhikkhu Narada Thera dari Srilangka untuk memberikan babaran Buddha Dharma di Pulau Jawa. Bapak Mangunkawatja ( Tokoh Masyarakat Jawa ) ditabhiskan menjadi Upasaka oleh Bhikkhu Narada Thera.
2.      Dibentuk Java Buddhists Association Afdeeling Batavia ( Jakarta ).
3.      Dibentuk Java Buddhists Association Afdeeling Buitenzorg ( Bogor )
4.      Dibentuk Batavia Buddhists Association. Tujuan dari Batavia Buddhists Association adalah untuk dapat bergerak lebih leluasa karena segala keputusan dari Java Buddhists Association harus mendapat persetujuan dari induk organisasi di Thaton, Myanmar.
5.      Dibentuk Central Buddhists Institut Voor Java ( Bhs. Belanda : De Dharma in Nederlandsche Indie ) yaitu wadah kebersamaan seluruh organisasi Umat Buddha di Hindia Belanda.
ü  Ketika tahun 1935, dibentuk Sam Kauw Hwee yaitu organisasi-organisasi setempat yang anggotanya terdiri dari penganut agama Buddha, Kong Hu Cu dan Tao (Bhs. Indonesia : Sam Kauw Goat Poo) Tujuannya untuk mencegah orang Tionghoa menjadi penganut agama lain dan menyandang Budaya Barat.
ü  Tahun 1952 dibentuk kembali Perkumpulan Sam Kauw Hwee yang merupakan kelanjutan dari Sam Kauw Hwee 1935.

Daftar Pustaka
http://groups.yahoo.com/group/pmvbs-baa/message/626. diunggah pada tanggal 18 maret 2013.
http://www.nichiren-shoshu-indonesia.org/about.php. di unggah pada tanggal 18 Maret 2013.
Majelis Agama Buddha Mahayana Indonesia. Buddha Dharma Mahayana. Penyusun: Suwarto.  T. Jakarta: Majelis Agama Buddha Mahayana Indonesia. 1995.
Majelis Agama Buddha Mahayana Indonesia. Sejarah dan Perkembangannya Agama Buddha Nichiren Syosyu.



[1]Diaksesdarihttp://www.nshi.org/Nichiren “RiwayatHidupNichirenDaishonin”; diaksespada 5 April 2013
[2] Majelis Agama Buddha Nichiren Syosyu Indonesia. Sejarah dan Perkembangannya Agama Buddha Nicirren Syosyu di Indonesia.
[3] Majelis Agama Buddha Nichiren Syosyu Indonesia. Sejarah dan Perkembangannya Agama Buddha Nicirren Syosyu di Indonesia.
[4] http://groups.yahoo.com/group/pmvbs-baa/message/626. Diunggah pada tanggal 18 maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar