Senin, 03 Juni 2013

Respap. Aliran-Aliran Dalam Agama Budha


Reponding paper ‘ Aliran-Aliran Dalam Agama Budha ‘
Nama : Ika Wahyu Susanti/ 4/ PA/ B
§  Tantrayana, Mantrayana dan Vajrayana adalah sebuah sub sekte dari pada Mahayana, boleh dibilang Tantrayana adalah aspek esoteric dari Buddhism, (Vajrayana).
§  Berasal dari kosa kata Sanskrit "Vajra" yang berarti berlian dalam aspek kekuatannya, atau halilintar dalam aspek kedahsyatan dan kecepatannya, serta dari kata "yana" yang berarti wahana/kereta.
§  Kata "Tantra" sendiri berarti "Tenun" dalam bahasa Sansekerta, merujuk kepada prakteknya yang bertahap namun pasti, seperti tenun itu ibaratnya.
§  Tujuan akhir dari pada Vajrayana, ialah : Mencapai kesempurnaan dalam pencerahan dengan tubuh fisik kita saat ini di kehidupan ini juga tanpa harus menunggu hingga kalpa-kalpa yang tak terhitung .
§  Perkembangan Agama Budha terletak pada Tantrayana yang merupakan Fase ketiga dari perkembangan Agama Budha (fase pertama ialah Hinayana, dan fase kedua ialah Mayana). Fase ini mulai sekitar tahun 500 M. Dan berakhir sampai tahun 1.000 M.
§  Yang  menarik dalam fase ini adalah cosmical-soteriological (yang berhubungan dengan keselamatan). [1] sifat dasar dominan dari Tantrayana adalah occultism (kegaiban). Penekanan utama adalah penyesuan yang harmonis dengan cosmos dan pencapaian penerangan dengan mantra atau metode gaib. Bahasanya adalah kebanyakan Sansekerta atau Apabhramsa. Aliran Tantra Buddhist disebut juga Esoterik ( = Guhya Upadesa ) yang berarti secara rahasia, tersembunyi dan mistik, sedangkan aliran Buddhist lainnya disebut Exoterik ( = Vyakta Upadesa ) yang berarti sesuatu yang terbuka atau terlihat.
§  Bagi aliran Exoterik pelajarannya didasarkan pada Tripitaka dan untuk mencapai ke-Buddha-an adalah secara berangsur-angsur dan bertingkat. Bagi aliran Esoterik pencapaian ke-Buddha-an hanya dalam sekejap, melakukan upacara atau ritual (Vidhi ) merupakan peranan yang penting. Emapat tingkatan Tantra;

1.      Kriya Tantra; bersifat keupacaraan dan bakti, keyakinan atau saddha lebih menonjol dibandingkan prajna.
2.      Caryatantra; keyakinan dan Prajna seimbang.
3.      Yogatantra; proses kontemplatif dan analitik lebih berkembang serta serta tumbuhnya perasaan kesamaan.
4.      Anutarayigantantra; penyadaran mistik akan kenyataan bahwa nirvana dan samsara itu identik, yang memuncak dalam rasa kesamaan mutlak.
§  Istilah tantrayan dapat dipergunakan untuk menunjukan sistem keagamaan, atau sutra yang tergolong pada sistem ini.
a.       Kitab Astasahasrika-Prajnaparamita-Sutra; kitab yang tertua dari kumpulan Prajnaparamita-Sutra, menyatakan bahwa Prajna-Paramita-Naya Dharani, yang berasal dari selatan ( Daksinapata ) akan menyebar ke arah Timur untuk selanjutnya berkembang ke Utara ( Uttarapatha ).
b.      Kitab Sekoddesa-Tika karya Naropa, sebuah otorita di dalam kalacaka Tantra, menyatakan bahwa Mantrayana telah dibabarkan oleh Hyang Buddha di Sri-Dhanyakataka.
c.       Tradisi-tradisi Buddist yang terdapat didalam literatur bahasa Sansekerta, Mandarin, dan Tibet, semuanya menyebutkan bahwa Nagarjuna, sesepuh Mahayana, yang mengambil ilmu esoterik dan kumpulan kitab Prajnaparamita-Sutra dari kerajaan Naga, adalah berasal dari IndiaSelatan. Semua otoritas di atas selanjutnya setuju bahwa Sri Parwata merupakan pusat kegiatan-kegiatan orang suci tersebut.
d.      Manjusrimulakalpa, sebuah kitab tentang upacara Mantrayana, telah diketahui diketemukan dari munalikkan Matham dekat Padmanabhuram di India Selatan.
§  Mantra adalah ajaran pembudidayaan diri, pengembangan mental ( bhavana ), suatu cara untuk merealisasikan pribadi agung ( adhyatma ). Mantra membantu seseorang saddhaka membebaskan pikirannya dari hal-hal duniawi, yang dengan demikian mencapai obyek pemujaannya dan merasakan satu dengannya.
§  Sekte Sarvastivada memiliki kumpulan mantra yang mereka sebut Mantra-Pitaka. Begitu juga, aliran Mahasanghika memiliki kumpulan mantra khusus demikian yang mereka sebut Dharani-pitaka atau Vidyadhara-pitaka.
§  Istilah dharani yang berasala dari akar kata ‘dhr’ ( mempertahankan ), secara harfiah berarti ‘apa yang melaluinnya suatu hal dipertahankan’ dan kerap kali mengacu pada ‘penyimpangan dalam ingatan’.
§  Dharani dipergunakan untuk tujuan-tujuan berikut ini :
a)      Berhubungan dengan Dharma : membantu mengingat sabda-sabda yang terdapat didalam sutra-sutra.
b)      Berhubungan dengan arti : membantu agar tidak melupakkan arti sabda-sabda tersebut.
c)      Berhubungan dengan tujuan magis : membantu membangkitkan kekuatan-kekuatan magis melalui kekuatan meditasi untuk menolong makhluk-makhluk dari kesengsaraan.
d)     Berhubungan sebagai pembantu mencapai pencerahan atau penerangan : mengenai hakekat sebenarnya segala sesuatu.[2]
§  Sekte-sekte yang utama dari Tantrayana adalah : Mantrayana, Vajrayana, sahajayana, Kalacakrayana.[3]
§  Mantrayana dimulia pada abad ke-4 dan mendapat momentumnya setelah abad ke-5.
§  Gerakan baru ini timbul di India bagian Selatan dan Barat laut. Non-Indian mempengaruhi, dari China, Asia Tengah, dan perbatasan sekitar India, memainkan suatu bagian penting dalam pembentukannya.
§  Vajrayana yang mementukan tata cara mengenai banyak sekali tradisi yang luas dalam taraf permulaan yang telah berkembang.
§  Dia mengambil 5 bentuk bagian mengenai semua kekuatan kosmik, tiap kelas ada dalam suatu pengertian yang dipimpin oleh salah satu dari Panca-Tathagata.
§  Panca-Tathagata ( Panca Dhani Buddha ) ialah Vairocana, Ratna-Sambhava, Amitabha, dan Amoghasiddhi. [4]
§  Praktek Vajrayana tidak terlepas dari penjapaan mantra, maka sering juga dikenal dengan istilah ajaran mantra rahasia.
§  Mazhab Tantrayana yang berkembang di Tibet sekarang ini pada umumnya adalah Vajrayana, mengenai Vajrayana di Tibet, Guru Rinpoche Padma Sambhava memberikan instruksi yang mencakup enam cara untuk mencapai pembebasan melalui proses pemakaian yang melibatkan Panca Skandha. Ke enam cara tersebut:[5]
1)      Pembebasan melalui proses pemakaian
2)      Pembebasan melalui proses pendengaran
3)        Pembebasan melalui proses ingatan
4)        Pembebasan melalui proses penglihatan
5)       Pembebasan melalui proses Pengecapan
6)        Pembebasan melalui proses sentuhan.
§  Vajrayana memandang alam kosmos (alam semesta) dalam kaitan ajaran untuk mencapai pembebasan.
§  Mahayana terdapat konsepsi Trikaya (tiga tubuh Buddha), maka didalam Vajrayana, Buddha bermanifestasi dan berada dimana-mana.
§  Buddha adalah wadah atau badan kosmik yang memiliki enam elemen, yakni : tanah, air, api, angin, angkasa dan kesadaran.
Ritual dan Praktek
§  Tantrayana, Jalan Tantra berusaha untuk mengubah nafsu manusia dasar keinginan dan kemalasan dalam pertumbuhan rohani dan pembangunan.
§  Tindakan atau perbuatan itu ada 3 macam, yakni: tubuh, vokal, dan mental. Pikiran atau perbuatan mental, darimana pikiran yang dikonsentrasikan ialah keserbaragaman yang paling manjur, menentukan ucapan dan tindakan yang mempengaruhi pikiran.
§  Perbuatan sakral dari Tantra bertujuan menghasilkan suatu transformasi mengenai kesadaran dengan usaha dari (secara spiritual) suara dan gerakan yang sangat mempunyai arti secara spiritual.
§  Pokok-pokok ajaran Mantrayana dapat ditemui pada karya karya padma-dkarpo dari Tibet. Menurut beliau, tujuan dari Mantrayana adalah sama seperti apa yang dituju oleh aliran-aliran lainnya dalam agama Buddha, yakni kemanunggalan manusia dengan penerangan sempurna atau kesempurnaan secara spiritual. Bodhicitta adalah sebagai suatu sarana bagi setiap umat Buddha untuk mencapai tujuannya. Bodhicitta biasanya terbagi menjadi dua bagian, yakni :
                                                              i.      Bodhi pranidhi citta : Tingkat persiapan untuk pencapaian kebuddhaan.
                                                            ii.      Bodhi prasthana citta :Tingkat pelaksanaan sesungguhnya dalam usaha menuju cita-cita.
§  Vajrayana atau Tantra juga dikenal sebagai aliran mistis. Kemistisannya itu nampak dalam praktek meditasi Tantra dalam empat hal yang tidak dapat ditinggalkan yaitu; mudra, dharani, mantra, dan mandala.



DAFTAR PUSTAKA
Suwarto. T. Buddha Dharma Mahayana. Majelis Buddha Mahayana Indonesia. Jakarta: 1995
Honig, J.R. Ilmu Agama. BPK Gunung Mulia. Jakarta: 1997
Ali, Mukti. Agama-agama di Dinuia. IAIN Sunan Kali Jaga Press. Yogyakarta:1988



[1] Suwarto T, Budha Darma Mahayana, ( Jakarta : Majelis Agama Buddha Mahayan Indonesia, 1995 )hlm. 119
[2] Suwarto T, Budha Darma Mahayana, ( Jakarta : Majelis Agama Buddha Mahayan Indonesia, 1995 )hlm. 123

[3] Honig, Ilmu Agama, ( Jakarta : PT BPK Gunung Mulia, 2009)
[4] Harun, Hadiwijono, Agama Hindu dan Buddha, ( Jakarta : Gunung Mulia, 2010), Cet. Ke-17

Tidak ada komentar:

Posting Komentar