Selasa, 04 Juni 2013

Sekte-Sekte Agama Budha

Beragam Sekte Agama Buddha 
Latar Belakang begitu banyak tradisi / sekte dalam agama Buddha.

                                                                 Oleh: Ifa Nurofiqoh
Sang Buddha membabarkan ajaran-Nya dengan banyak cara karena mahluk hidup (semua mahluk yang memiliki kesadaran tetapi belum menjadi Buddha, termasuk juga yang berada di alam-alam kehidupan lain) mempunyai watak, kebiasaan, dan minat yang berbeda-beda. Beliau tidak pernah mengharapkan kita semua cocok dengan satu bentuk sehingga ajaran-Nya pun di berikan dalam banyak cara dan dalam beragam cara melatih diri - dengan demikian tiap orang bisa menemukan sesuatu yang sesuai dengan tingkat kesadaran dan kepribadiannya. Dengan keahlian dan belas kasih-Nya dalam menuntun yang lain, Sang Buddha memutar roda Dhamma sebanyak tiga kali - setiap kali selalu dengan sedikit perubahan sistem filosofi. Tetapi esensi dari semua ajaran itu sama : tekad yang teguh untuk keluar dari lingkaran penderitaan yang berulang-ulang (samasra), belas kasih kepada mahluk lain, dan kebijaksanaan ketanpa-akuan. Tidak semua orang menyukai menu yang sama.
Jika sebuah jamuan besar terhampar di depan kita, kita kan memilih makanan yang kita senangi. Tidakada keharusan untuk menyukai semua makanan. Akan tetapi, meski kita lebih menyukai makanan yang manis-manis, tidak berarti bahwa yang asin tidak baik dan mesti di buang! Demikian juga halnya, kita bisa saja memilih suatu pendekatan khusus dari Ajaran: apakah itu Theravada, Tanah Suci (Sukhavati), Zen, Vajrayana, dan sebagainya. Kita memiliki kebebasan untuk memilih pendekatan yang paling sesuai, yang dengannya kita merasa paling nyaman.
Walaupun begitu, kita harus tetap mempertahankan pikiran yang terbuka dan menghormati tradisi yang lain. Seiring dengan berkembangnya batin, kita bisa mengerti unsur-unsur dalam tradisi yang lain yang gagal kita pahami pada awalna. Singkatnya, apa saja yang berguna dan bermanfaat bagi kita untuk hidup lebih baik, kita praktekan, tanpa perlu menolaknya. Sementara itu, jangan menempelkan identitas padanya dengan cara-cara yang konkret, seperti: "Saya seorang Mahayanis, engkau seorang Theravadin," atau"Saya seorang Buddhis, engkau seorang Kristen." Adalah penting untuk di
i ngat di sini bahwa kita semua adalah mahluk hidup yang mencari kebahagiaan dan ingin menyelami Kebenaran, yang masing-masing menemukan satu metoda yang sesuai. Bagaimanapun, mempertahankan pikiran yang terbuka terhadap pendekatan yang
berbeda tidak berarti mencampur-adukan semuanya dengan acak, dan membuat latihan kita seperti cap-cai. Jangan mencampur teknik-teknik meditasi dari tradisi yang berbeda dalam satu latihan meditasi. Dalam satu masa latihan, lebih baik mempraktekkan satu cara saja. Jika kita mengambil sedikit dari teknik ini dan secuil dari teknik itu, tanpa benar-benar mengerti satu
teknik pun, hasilnya barangkali hanya kebingungan!
Meskipun ajaran dari suatu tradisi bisa memperkaya pengertian dan latihan
dari teknik yang lain, di nasihatkan untuk mempraktekkan hanya satu metoda
dalam latihan sehari-hari. Jika kita melakukan meditasi pernafasan hari ini,
melafalkan Buddha keesokan harinya, meditasi analitis pada hari ketiga, maka
kita tidak akan memperoleh kemajuan dalam satu metoda pun karena tidak
adanya kontinuitas dalam latihan tersebut.

PRA-KATA
Sebagaimana halnya dengan agama-agama lain timbul madzhab dikalangan  para pengikutnya, maka demikian  pula Budhisme ini setelah Budha wafat terjadi juga perpecahan menjadi beberapa aliran/sekte dikalangan pengikutnya.
Yang menjadi salah satu alasan utamanya adalah karena adanya perbedaan pandangan tentang Dhamma yang diajarkan Sang Budha.
Beberapa minggu setelah Sang Budha (483 SM) seorang bikkhu tua yang tak disiplin bernama Subhadha berkata “janganlah bersedih kawan-kawan, janganlah meratap, sekarang kita terbebas dari pertapa agung yang tidak akan lagi memberi tahu kita apa yang sesuai untuk dilakukan dan apa yang tidak, yang membuat hidup kita menderita; tetapi sekarang kita dapat berbuat apapun yang kita senangi dan tidak berbuat apa yang tidak kita senangi”, dengan kata lain para Bikkhu dapat melakukan apa yang diinginkan karena Sang Buddha sudah tiada. Bikkhu Kassapa, setelah mendengar kata-kata itu memimpin pasamuan agung (konsili) di Rajagaha.  [1]
Dalam pasamuan agung yang pertama inilah mereka mengikuti ajaran Sang Budha seperti tersebut dalam kitab Vinaya-Pitaka, sebagaimana sabda Sang Budha yang terakhir: “Jadikanlah Dhamma dan Vinaya sebagai pelita dan pelindung bagi dirimu”. [2]

BERAGAM SEKTE-SEKTE AGAMA BUDHA
Buddha Dharma atau Ajaran Buddha hanya satu. Apakah itu Theravada, Mahayana, ataupun Tantrayana (Vajrayana).Theravada itu sendiri bisa digolongkan dalam aliran Hinayana (Kereta Kecil) sedangkan Mahayana dan Tantrayana digolongkan ke dalam aliran Mahayana (Kereta Besar)Semuanya merupakan satu kesatuan dengan bermacam-macam dan metoda-metoda yang diperkenalkan kepada umat manusia agar terlepas dari penderitaan dan menuju pembebasan (Nirvana).
Seperti yang kita ketahui,Secara umum garis-garis besar ajaran Sang Buddha dapat diringkaskan sebagai berikut :
1.    Tri Ratna (Buddha,Dharma,Sangha). Sebagai sendi dasar ajaran Buddha dimana umat berlindung kepadaNya.
2.    Empat Kebenaran Mulia dan Delapan Jalan Utama.
3.    Tiga Corak umum dari alam Fenomena -- Anicca / Anitya ( Semua yang berkondisi adalah tidak kekal), Dukkha ( Semua yang berkondisi adalah tidak memuaskan),  Anatta / Anatma( Semua yang berkondisi ataupun tidak adalah Tanpa
Inti dan mengalami perubahan)
4.    Hukum Pattica Sammupadda/Pratityasamudpada : Hukum tentang sebab dan akibat yang saling bergantungan.
5.    Hukum karma dan kelahiran kembali.
Ajaran-ajaran tersebut secara universal diterima oleh umat Buddha diseluruh dunia baik dari aliran Mahayana maupun Hinayana.
Perkembangan Tradisi Ajaran Buddha Setelah Sang Buddha Parinirvana Beberapa abad setelah Parinirvana Sang Buddha,maka muncullah 4 golongan besar yang semuanya menyatakan perwakilan asli ajaran Sang Buddha.Golongan-golongan ini muncul bukan karena berbeda dalam ajaran Sang Buddha,tetapi hanya perbedaan dalam penafsiran.Ada yang cocok dengan penafsiran ini dan ada yang cocok dengan penafsiran itu tergantung dengan kecocokan penafsiran dalam Buddha Dharma. 4 golongan besar inilah muncul 18 aliran dan inilah sejarah atau akar dari aliran-aliran Hinayana maupun Mahayana.

Golongan Sarvastivada (Berbahasa Sanskerta) terbagi menjadi :
1.         Mula-Sarvastivadin
2.         Kasyapiya
3.         Mahasasaka
4.         Dharmagupta
5.         Bahusrutiya
6.         Tamrasatiya
7.         Vibhajyavada
Golongan Sammatiya (Berbahasa Apabhramsa) terbagi menjadi :
8.         Kaurukullaka
9.         Avantaka
10.     Vatsiputriya
Golongan Mahasanghika (Berbahasa Prakrit/Pali) terbagi menjadi :
11.     Purvasila
12.     Aparasila
13.     Haimavata
14.     Lokottaravada
15.     Prajnaptivada
Golongan Sthavira (Berbahasa Paisaci) terbagi menjadi :
16.     Mahaviharavasin
17.     Jetavaniya
18.     Abhayagirivasin
Hal-hal tersebut disesuaikan dengan izin Sang Buddha untuk mencatat atau mengingat dengan kanon atau bahasa mereka masing-masing,seperti yang tertera dalam Cullavaga V,33,1 (Anujanami,bhikave,sakaya-nituttiya buddhavacanam pariyapunitum)
Dari 4 golongan besar inilah muncul Tradisi Hinayana dan Mahayana.Pada dasarnya tradisi Mahayana timbul dari ajaran Sang Buddha bahwa setiap Individu memiliki potensi ke-Buddha-an dan percaya mereka dapat mencari keselamatan atau mencapai pencerahan melalui campur tangan Makhluk Agung Dhyani Buddha(Cosmic Buddha)ataupun Boddhisatva.Karena cinta kasih (metta-karuna) sebagai landasan maka Mahayana bisa menunda Ke-Budhaaan mereka sendiri sampai mereka telah menolong makhluk lain menuju pembebasan.Tradisi Hinayana(Theravada) berkata bahwa potensi ini dapat disadari melalui usaha individual untuk mencapai berbagai tahap kesucian sampai ketahap kesucian tertinggi yaitu Arahat.
Berbagai penafsiran yang berbeda ini secara doktrin sama sekali tidak ada pertentangan.Mereka bebas untuk menafsirkan ayat-ayat suci ataupun sutta/sutra menurut pemahaman mereka.Baik Tradisi Mahayana ataupun Hinayana(Theravada) adalah satu dalam penerimaan mereka akan Sang Buddha dan AjaranNya sebagai satu-satunya jalan untuk mencapai Nirvana(Nibbana).
Persamaan yang sangat jelas diantara kedua Tradisi ini adalah :
•    Keduanya menerima Sang Buddha Sakyamuni sebagai Sang Guru.
•    Keduanya menerima Empat Kebenaran Ariya.
•    Keduanya menerima Jalan Ariya Beruas Delapan.
•    Keduanya menerima Paticca Samuppada (Sebab Akibat Yang Bergantungan)
•    Keduanya menerima Hukum Karma.
•    Keduanya menerima Anicca,Dukkha,Anatta dan Sila Samadhi Panna tanpa
Perbedaan apapun.
•    Keduanya menolak gagasan suatu makhluk adikuasa yang menentukan takdir
Ataupun yang memerintah dan menciptakan dunia ini.
•    Keduanya menolak kepercayaan adanya Jiwa Abadi.
•    Keduanya menerima tumimbal lahir setelah kematian.
•    Keduanya menerima doktrin Devaloka(alam Dewa) dan Brahmaloka.
•    Keduanya berlindung pada Tri Ratana/Tri Ratna(Buddha,Dharma,Sangha)
•    Keduanya menerima Nirvana/Nibbana sebagai pencapaian akhir.

Perkembangan Sekte-Sekte Agama Buddha
Setelah kita memahami adanya dua Tradisi besar didalam Ajaran Buddha maka sesuai dengan daerah dan tempat,tradisi itu juga berkembang dengan berbagai sekte-sekte.

Dalam Tradisi Hinayana muncul 2 sekte yaitu :

1.        Sekte Abhidharma-Kosa ( Ci She Cung / Kusa)
Aliran ini adalah pewaris dari aliran Sarvastivada di India,dengan berdasarkan karya sastra yang ditulis oleh YM.Vashubandu yaitu Abhidharma Kosa Sastra
serta kitab-kitab Abhidharma dari aliran Sarvastivada dan Maha Vaibasha Sastra.Aliran ini lebih mengutamakan penyelidikan Abhidharma.Secara Filosofis sekte ini digolongkan Realistis.Mereka menekankan bahwa segala macam Sankhara dan alam fenomena memang bereksistensi walaupun segala macam sankhara dan fenomena ini dicengkeram oleh Anitta,Dukkha, Anatta.
Sejak tahun 383 Masehi hingga tahun 654 Masehi sekte ini berkembang di daratan Tiongkok berkat usaha Paramartha, Kumarajiva, dan Suan Cuang.Pada tahun 658 Masehi sekte ini diperkenalkan ke Jepang.

2.        Sekte Satyasiddhi ( Chen Se Cung / Jiojice)
Aliran ini termasuk golongan Sautarantika di India.Berdasarkan karya Harivarman (250 M ? 350 M) yang berjudul Satyasiddhi Sastra.
Aliran ini berbeda dengan aliran Abhidharma Kosa.Karena mereka menyangkal adanya eksistensi Sankhara dan alam fenomena.Ini digolongkan aliran Nihilistik dari Hinayana.Antara tahun 411 dan 412 M Kumarajiva menterjemahkan sastra ini kedalam bahasa Tionghoa dan mulai dikembangkan.Pada tahun 658 M seorang Biksu dari Korea memperkenalkan ajaran ini ke Jepang.

Dalam Tradisi Mahayana muncul 9 sekte yaitu:

Sekte Yogacara/Dharmalaksa/Vijnanavada (Wei She Cung/Hoso)
Di India sekte ini disebut Yogacara atau Vijnanavada.Bermula dari Arya Asanga abad V Masehi yang menyusun Yogacarabhumi Sastra (Yu Cia She Ti Luen).Sastra lainnya yang ditulis beliau adalah Mahayana Samparigraha Sastra (She Ta Chen Luen).Terjemahan ke dalam bahasa Tionghoanya di lakukan oleh Buddhasanta,Paramartha dan Suan Cuang.
Isi dari sastra-sastra tersebut menerangkan : Vijnana Citta,Sad Paramitha,Sila Samadhi,Prajna serta Dasabhumi dan Tri-Kaya.
Aliran ini adalah suatu sekte Mahayana yang khusus menganalisa tentang objek-objek mental dan fenomena,sehingga sukar dimengerti oleh awam.Adanya 5 kelompok dan 100 dharma(Keberadaan Elemen/Mental), yaitu:
Kelompok I        : 8 Cittadharma (mind)
Kelompok II    : 51 Caitasika Dharma (mental function)
Kelompok III    : 11 Rupa Dharma (Form-Element)
Kelompok IV    : 24 Citta Viprayukta (Sankhara-Things not associated with
- Mind)
Kelompok V : 6 Asankrta Dharma (non created elements)
Jadi keseluruhan ada 100 Dharma. Aliran Yogacara ini juga berpedoman pada Sandhi Nirmocana Sutra, Dasabhumi Ka Sastra,Vijnapti Matrada Sidhi karya Dharmapala terjemahan Suan Cuang.Pada Masa Sekarang Sekte ini hanya dipelajari di perguruan tinggi Buddhis dan hanya terbatas pada kaum intelektual saja.

Sekte Tri-Sastra (San Luen Cung / San Ron Shyu)
Aliran ini di India disebut Madyamika juga di sebut Sunyatavada.Aliran ini di India dipelopori oleh Nagarjuna dan Arya Deva (antara abad I dan II Masehi) kemudian disusul oleh Buddhapalitta dan Bhavaviveka dan akhirnya Candrakirti.Di Tiongkok dipelopori oleh Kumarajiva (Abad V).
Aliran ini berpedoman pada tiga buah sastra Yaitu:
1.     Madyamika Karika (Cung Luen) karya Nagarjuna.
2.    Dvadasa-dvara (Se Er Men Luen/Sastra 12 bagian)Karya Nagarjuna
3.    Sata-Sastra (Pai Luen / Sastra dari 100 bagian) karya Arya Deva.
Tiga pokok Utama dari Madyamika adalah :
1.    Menyangkal yang keliru dan menegakkan yang benar.
2.    Penekanan pada arti penting terhadap Samvrti-satya/Semutti-sacca dan Paramartha-satya/Paramatha-sacca.
3.    Delapan Metode untuk menyangkal secara dialektik, yaitu :Tidak lahir, Tidak sama, Tidak lenyap,     Tidak Berbeda, Tidak langgeng,     Tidak datang, Tidak putus,     Tidak pergi
Kedelapan metode tersebut merupakan suatu cara yang dialektif untuk menganalisa dan mengerti suatu masalah.
Penekanan Samvrti-satya ialah: Semua kebenaran umum bila dilihat dan ditinjau secara umum adalah benar,tetapi dilihat dan ditinjau secara kebenaran absolut/kebenaran akhir (Paramartha-Satya) adalah tidak benar.
Sekte ini begitu menitik-beratkan pada metode analisa dan perenungan,sehingga susah dicerna oleh umat awam.Sekte ini pada saat ini hanya dipelajari di perguruan tinggi Buddhist dan hayna terbatas untuk kaum intelektual saja.

Sekte Avatamsaka (Hua Yen Cung / Kegonshyu)
Sekte ini berasal dari Tiongkok dan tidak terdapat di India.Sekte ini bersumber pada Avatamsaka Sutra (Hua Yen Cing) Sutra Lingkaran Bunga,sebuah sutra besar dari Mahayana.Sutra ini sangat sulit untuk dimengerti dan memerlukan kebijaksanaan yang tinggi untuk mencernanya.
Secara Legendaris dikisahkan bahwa setelah pencapaian Samyak-sambodhi oleh Buddha Gautama,beliau menerangkan isi sutra tersebut namun sayang sutra tersebut hanya dapat dipahami oleh beberapa murid-murid utamaNya.Tidak ada manusia yang dapat memahami isi sutra tersebut.Sehingga sutra tersebut dititipkan kepada istana Dewa Naga dan Sang Buddha berpesan kepada Raja Dewa Naga kelak ada seorang murid beliau yang akan mengambilnya.Setelah 500 tahun Sang Buddha parinirvana,Nagarjuna berhasil mendapatkan kembali sutra tersebut.Sutra tersebut aslinya berbahasa Sangskerta.Sebagian sutra ini telah hilang akibat pergolakan politik dan agama di India dan sebagian berhasil diselamatkan dan diterjemahkan dalam bahasa Tionghoa oleh Buddhabadra, Siksananda dan Prajna.Pembentukan aliran ini dipelopori oleh Biksu Sien Sou (Tu Sun) yang hidup antara tahun 557-640 Masehi.
Sekte ini menekankan pada pengertian terhadap Dharmadhatu yang dapat diartikan sebagai Kebenaran Akhir.Disamping itu pengertian terhadap Dasabhumi juga di tekankan.Pembagian waktu terhadap ajaran Sang Buddha.
Ajaran ini juga menerapkan ajaran Hinayana dan Mahayana. Seperti:
•    Ekayana dari Avatamsaka.Dalam hal ini Ekayana diajarkan dengan metode yang sama serta sejajar dengan triyana(Tiga pelajaran) Yaitu : Hinayana,Mahayana yang bertahap dan ajaran Pelaksanaan segera Mahayana.
•    Ekayana dari Avatamsaka yang berdiri sendiri.Disini ekayana Avatamsaka lebih tinggi daripada yang lain serta adanya keharmonisan yang total dari ekayana.
Dewasa ini Sekte Avatamsaka hanya aktif di Jepang daripada di Tiongkok sendiri. Di Jepang pusat dari sekte ini berada di Vihara Todaiji di Nara.Ajaran-ajaran dari sekte ini juga dapat dipelajari di perguruan tinggi buddhis dan dikuasai kaum intelektual.

Sekte Thien Thai (Thien Thai Cung / Tendaishyu)
Ini adalah sebuah Sekte Mahayana yang besar dan berpengaruh di Asia.Sekte ini terbentuk di bumi Tiongkok dengan mengambil nama sebuah gunung di provinsi Ce Ciang,Tiongkok Timur yaitu Gunung Thien Thai (Panggung Sorgawi).
Di gunung ThienThai ini secara resmi Biksu Ce Khai (531-597) guru besar Thien Thai mendirikan sekte ini.Sebelum beliau telah ada dua orang biksu intelektual lainnya.Hui Wen (510-557) dan Hui She (514-577) yang meratakan jalan dan merintis berdirinya sekte ini.
Sekte ini berpedoman pada Saddharma Pundarika Sutra (Fa Hua Cing), Amitartha Sutra ( Wu Liang I Cing) dan Nirvana Sutra (Nie Phan Cing).
Disamping itu ada 3 tafsiran sutra dan karya sastra yang disusun oleh.Hui Wen,
Hui She dan Ce Khai yaitu :
1.    Fa Hua Wen Cii (Words and Phrases of the Lotus)
2.     Fa Hua Suen I (Profound meaning of the Lotus)
3.    Mo Ho Ce Kuan Fa Men (Mahayana Vipasyana/Mahayana method of cessation and contemplation)
Selain itu sekte ini juga berpedoman pada Maha Prajna Paramita Sutra,Mahayana Sradhotpada Sastra serta sutra-sutra lainnya.Dapat dikatakan Thien Thai merupakan sebuah aliran Buddhis besar yang memadukan bermacam-macam cara sehingga terbentuklah keharmonisan yang agung.Dalam sekte ini terdapat cara yang mempelajari sutra dan sastra,bhakti-puja,pembacaan doa,pengulangan sutra,mantra,dharani serta menitik beratkan Sila dan Samadhi agar mencapai Prajna.
Sama halnya dengan Sekte Avatamsaka,Sekte Thien Thai juga mengenal klarifikasi 5 Pembagian Waktu terhadap ajaran Sang Buddha sebagai berikut:
1.     Periode Avatamsaka : Dimana selama 3x7 hari Sang Buddha menerangkan
Dharma yang amat sukar di mengerti oleh umat awam,hanya dimengerti oleh para Bodhisatva dan para makhluk agung lainnya.
2.     Periode Agama Sutra : Dimana selama 12 tahun Sang Buddha menerangkan Dharma yang dimengerti oleh umat awam.dan ini di mulai dari Taman Rusa waktu Asadha dengan Dharmacakra Pravartana Sutra.
3.     Periode Vaipulya Sutra : Selama 8 tahun Sang Buddha menerangkan apa yang tercantum pada ? Lankavatara Sutra?,?Vimalakirti Nirdesa Sutra?, ?Suvarnaprabhasa Sutra?,serta sutra-sutra lainnya.
4.     Periode Prajna Paramita Sutra : Dimana selama 23 tahun Sang Buddha menerangkan Maha Prajna Paramita Sutra dengan Prajna dan Sunya menerangkan Dharma.
5.     Periode Sadharma Pundarika Sutra dan Nirvana Sutra: Dimana selama 8 tahun Sang Buddha menerangkan Saddharma Pundarika Sutra.Namun sehari sebelum parinirvana beliau sempat menerangkan Nirvana Sutra.
Aliran Thien Thai menerangkan adanya Ekayana (Kenderaan Tunggal) menganggap Hinayana dan Mahayana adalah satu dari kesatuan yang tak terpisah.Semua ajaran Sang Buddha adalah sama atau disebut Buddhayana. Disamping itu juga menerangkan Triyana (Tiga Kenderaan) secara sementara. Yaitu :
1.    Sravakayana : Mereka yang mendengarkan Dharma kemudian berusaha.
2.    Pratyekayana : Mereka yang berusaha mencapai penerangan sempurna dengan usaha sendiri.
3.    Bodhisatvayana : Mereka yang berusaha mencapai penerangan sempurna dengan jalan bodhisatva.
Sebenarnya ketiga Yana tersebut hanyalah dipakai sebagai bahan pengajaran dan bimbingan yang pada akhirnya akan menuju Ekayana (Kenderaan Tunggal)/Buddhayana(Kenderaan Buddha).

Sekte Tantra (Mi Cung/Cen Yen Cung/Shingoshyu)
Adakalanya Sekte Tantra dianggap berdiri sendiri, tetapi adakalanya sekte Tantra digolongkan ke Mahayana.Dalam membahas Sekte Tantra,kita akan membahas 2 macam Tantra Buddhis. Yang Pertama dapat kita katakan Tantra Timur dan yang Kedua Tantra Tibet. Sedangkan Tantra Timur terbagi 2 lagi yaitu Tantra yang ada pada Sekte Thien Thai dan Tantra yang ada pada aliran Cen Yen yang kemudian dibawa ke Jepang dengan nama Shingoshyu.Yang Dimaksud Tantra Tibet adalah Tantra yang diterapkan di Tibet,Mongolia,Bhutan dan Nepal serta di wilayah sekitarnya.
Tantra Timur berkembang di Tiongkok pada abad VII ketika 3 orang Guru Besar Tantra datang dari India.Mereka Adalah :
•    Subhakarasinha (San Wu Wei 637-735 M)Pada tahun 716 M beliau tiba di Ch?ang An setelah belajar di Nalanda.Pada tahun 725 M beliau bersama I Cing menterjemahkan sutra Tantra yang terkenal yaitu Maha Vairocana Sutra (Ta Re Ju Lai Cing).
•    Vajrabodhi ( Cin Kang Che 663-723 M ).Beliau juga pernah belajar di Nalanda dan pada tahun 720 M menerjemahkan Vajrasekhara Sutra (Cing Kang Ting Cing) ke dalam bahasa Tionghoa.
•    Amoghavajra ( Pu Khung 705-774 M) Beliau adalah murid Vajrabodhi dan pada tahun 746 tiba di Chang an.
Tantra Tibet : Pada tahun 747 M Guru Padmasambhava (Lien Hua Seng Ta She) tiba di Tibet.Pada saat itu di Tibet terjadi pergolakan agama tradisi yang disebut Bon-pa.Dimana tradisi Bon-pa sangat menerapkan pelajaran ilmu-ilmu sesat yang menghalalkan segala cara termasuk persembahan manusia sebagai korban dengan ritual-ritual yang memakai darah dan tulang serta mengharuskan incest (berhubungan sex dengan orangtua,atau saudara sendiri sehingga melahirkan anak yang dimana dewa-dewa Bon-pa akan menitiskan ilmu tersebut.Bagi anak hasil hubungan tersebut adalah anak yang akan dijadikan semacam Brahmana bila dikasta Hindu).
Setelah kedatangan Guru Padmasambhava ke Tibet untuk mengenapi Perjanjian beliau dikehidupan masa lalu bersama saudara-saudaranya.Akhirnya GuruPadmasambhava berhasil menundukkan agama pribumi yang dikatakan sesat tersebut dan terbentuklah perpaduan yang harmonis dengan Buddhisme. Makanya didalam Tantra Tibet kadang terdapat ritual memakai darah dan tulang.
Buddha Rupang,Bodhisatva rupang,Vajra rupang maupun Rupang-rupang ritual-ritual Buddhis lainnya terkesan Sangar dan berwajah Kejam dan memang begitulah rupang-rupang tersebut untuk menundukkan Dewa-dewa Bon-pa yang tak akan bisa lagi ditundukkan dengan wajah Metta-Karuna.Kemudian tradisi Rupang tersebut dipertahankan sampai sekarang.Konon pengikut-pengikut Bon-pa yang tak mau bertobat di bumi hanguskan semua oleh Padmasambhava kemudian menyeberangkan arwah-arwah mereka ke Sorga Sukhavati dengan Abhina Tantra yang dimiliki oleh beliau.Bagi yang belum memiliki kebijaksanaan tinggi tentu akan bertanya,Mengapa? Inilah Tantra alias Ajaran Rahasia.karena tidak semua orang itu bijaksana,apabila ajaran ini tidak dirahasiakan,maka setiap makhluk yang kebijaksanaannya belum mencapai batas target yang diminta untuk menerima ajaran rahasia ini dan bila dipaksakan akan menjadi sesat dan tak waras.Makanya Sang Buddha pernah mengatakan tak ada lagi ada secuilpun ajaran yang kusimpan maupun yang kurahasiakan.Karena ajaran rahasia telah diwariskan oleh Sang Buddha kepada orang yang patut untuk mendapatkannya.
Jadi Sang Buddha tidak berbohong dan yang menerima warisan Tantra juga tak berbohong.Karena setelah 500 tahun Sang Buddha Parinirvana ajaran Tantra baru mulai dikembangkan,mungkin pesan dari Sang Buddha kepada PewarisNya karena WAKTU untuk mengembangkan ajaran Tantra belum tiba saatnya.
Logikanya bila kita mendapat 10 soal ujian,apabila kita hanya bisa menjawab 3 soal dari 10 soal tersebut,apakah guru kita akan memberi nilai 100 kepada kita? Tentu saja kita tak pantas mendapatkannya karena kepintaran dan kebijaksanaan kita hanya mendapat nilai 30.Apakah dengan nilai 30 kita akan menjadi juara umum?Tentu saja tidak.Apakah pantas kita untuk mendapat bea siswa karena mendapat nilai 30?Jawabannya juga tidak.Jadi yang mendapat ajaran rahasia dari Sang Buddha juga hanya orang yang pantas mendapatkannya.Dan orang yang tak mendapatkannya hanya bisa berdebat dengan memakai sutra-sutra Sang Buddha sendiri untuk menjelekkan yang mendapatkan Tantra tersebut.Konon di kisahkan Y.M Rahula anak beliau sendiri yang mendapatkan pengetahuan Tantra ini karena beliau yang terkemuka dalam hal-hal yang eksoterik ini,namun sayang mengenai Y.M Rahula yang terkenal dengan melakukan kebaikan hanya terdapat catatan kecil mengenai diri beliau.Cullarahulavada Sutta ( Majjhima Nikaya) mengenai nasehat kecil untuk Rahula yang mencapai pencerahan seketika setelah beliau menerima nasehat dari Sang Buddha.Di hutan Andha ini Sang Buddha memberi Nasehat Kecil kepada beliau dan nasehat kecil itu apa? Namanya Ajaran Rahasia tentu harus dirahasiakan dong,kalau tidak udah gak rahasia lagi. Y.M Kassapa mendapatkan ajaran dari hati ke hati. Jadi setiap siswa-siswa Sang Buddha mempunyai kelebihan dibidang masing-masing.Y.m Anuruddha mempunyai Debbacakkhu (Mata Dewa).Dengan Mata Dewa beliau dapat mengetahui di sorga mana Sang Buddha berkhotbah dan siswa mana yang mendampingi beliau saat mengajarkan Dharma,kadang Y.M Sariputra,kadang YM.Subukti,Kadang Y.M Moggalana.Setiap Dharma yang diucapkan Sang Buddha saat mengajar di alam Sorga di ceritakan oleh YM.Anuruddha kata demi kata kepada Y.M Ananda untuk mengingatnya.
Intinya kita tidak boleh mengintimidasi sekte-sekte yang telah ada.Kadang saya sering mendengar ocehan dan ejekan tentang penghinaan pada sekte tertentu. Terus-terang pelanggaran ini juga termasuk memecah belah Sangha.Garuka Karma.Jangan gara-gara iseng kita dilahirkan dialam neraka dalam waktu berkalpa-kalpa.
Perkembangan Tantra di Tibet dapat dibagi menjadi tiga periode :
•    Masa permulaan
•    Masa pertengahan dan pembaharuan
•    Masa Permulaan gelar Dalai Lama diabad XVII hingga sekarang.
Adapun Sekte-sekte yang ada pada aliran Tantra Tibet adalah:
1.    Sekte Nin-ma-pa : Ini biasanya disebut pengikut jubah dan topi merah.Sekte ini didirikan oleh Guru Padmasambhava dan Santarakshita pada tahun 749 M
2.    Sekte Kah-Dam-pa : Ini dipelopori oleh Atisa pada tahun 1035 M.
3.    Sekte Ge-Lug-pa : Ini biasanya juga disebut dengan Lama yang bertopi dan berjubah kuning.Sekte ini adalah sekte pembaharuan yang di pelopori oleh Tsong-kapa pada abad XV.Dan Y.M Dalai Lama berasal dari sekte ini.
4.    Sekte Kar-gyu-pa : Sekte ini didirikan oleh Lama Marpa pada abad XI. Dan tokoh yang terkenal dalam sekte ini adalah MILAREPA.
5.    Sekte Sakya-pa : Sekte ini didirikan oleh Lama Konmeho-oggyal-po pada tahun 1072M.
Secara teknik dan filosofis diantara sekte-sekte ini tidaklah terdapat perbedaan.
Mereka hanya berbeda didalam penerapan dan metode yang berbeda.
Ada 4 macam tingkat Tantra Tibet yaitu :
Tingkat Pemula :
Kriya Tantra
Carya Tantra
Tingkat Lanjutan :
Yoga Tantra
Anuttara Tantra
Kitab Suci Buddhis di Tibet merupakan salah satu kumpulan kitab suci Buddhis yang kaya raya.Kedudukan kitab suci Tibet tak kalah penting dengan kitab berbahasa Pali maupun bahasa Tionghoa. Kumpulan kitab suci bahasa Tibet disebut Kah-Gyur ( Sebagian besar terjemahan bahasa Sanskerta dan sebagian kecil terjemahan bahasa Tionghoa)
dan Tan-Gyur (Komentar/Tafsiran).

Kah-Gyur terdiri atas 3 bagian :
1.    Dul-Va (Vinaya) : Terdiri dari 13 bagian.Peraturan-peraturan yang berasal dari kaum Sarvastivada serta adanya juga Vinaya untuk Biksuni.
2.    Do (Sutra) : Terdiri dari 66 bagian yang mencatat ajaran Sang Buddha. Seperti juga sutta-sutta Pali dan Tionghoa.Do juga diawali dengan Evam Maysu Tram (Demikianlah yang telah kudengar)
3.    Cho-Non-Pa (Abhidharma) : Terdiri dari 21 bagian. Disamping ketiga bagian tersebut masih adalagi yang disebut Rgyud (Tantra),yang terdiri dari 22 bagian serta mencatat tentang upacara,doa-doa,dharani-dharani,mudra-mudra,mandala-mandala dan lain sebagainya.
Tantrayana Di Bumi Nusantara dengan adanya candi Borobudur dan candi Mendut serta candi-candi lainnya baik yang dipulau Jawa maupun Sumatera dan pulau lainnya.Sangat jelas membuktikan bahwa Tantrayana pernah berkembang baik di Bumi Nusantara ini.
Pada tahun 414 M.Seorang Bhiksu Tionghoa yang bernama Fa Shien mencatat dalam bukunya ‘Fo Kuo Ci’ hanya mengatakan sedikit tentang aktifitas Buddhis di Bumi Nusantara, terutama di Pulau Jawa.
Pada abad VII seorang Biksu Tionghoa lainnya yang bernama I Tsing dalam bukunya ‘Nan Hai Ci Kuei Nie Fa Cuan’ ( A record of the Buddhism Religion as practised in India and the Malay Archipelago,Translate by J.Takakusu 1896) mengatakan bahwa Buddhisme sangat berkembang dengan pesat sekali terutama Sekte Tantra di Pulau Sumatera. Karya Sastra mengenai Tantrayana di Pulau Jawa yang ditulis dalam Bahasa Jawa kuno (Kawi) ‘Sang Hyang Kamahayanikan’ juga berisi ajaran Tantra.

Sekte Dhyana (Chan Cung / Zen )
Sekte ini lebih dikenal dengan sebutan Buddhisme Zen.Sekte Zen banyak menarik perhatian kaum intelektual,seniman dan kaum muda-mudi di dunia barat maupun di Timur.Meskipun pengikut sekte Zen tidak dapat dihitung secara kuantitas kehadiran mereka cukup berarti.
Secara harafiah Zen adalah perubahan bunyi dari kata ‘Chan’ (tionghoa) Dhyana (Sanskerta) yang dapat diartikan Meditasi. Secara legendaris dikisahkan: Pada ketika dalam pertemuan Dharma Sang Buddha berkumpul dengan para siswaNya.Pada waktu itu itu datanglah seorang Brahmana yang memberikan sekuntum bunga Khumbala kepada Sang Buddha seraya berharap Sang Buddha menerangkan Dharma.
Pada saat itu Sang Buddha tidak mengucapkan sepatah kata apapun dan tak ada seorang siswapun yang mengerti.Hanya Maha Kassapa yang mengerti,ketika beliau melihat wajah Sang Buddha yang tersenyum dalam meditasi dan memancarkan sinar.Maha Kassapa juga ikut tersenyum.Kemudian berkatalah Sang Buddha kepada Maha Kassapa, Engkaulah Maha Kassapa yang dapat mengerti pelajaran tersebut,dan pelajaran tersebut diwariskan kepadamu.Inilah yang sering dikatakan sebagai pelajaran yang diberikan dari hati ke hati dan tidak melalui kata-kata (ucapan).
Sekte Zen lahir dan tumbuh di bumi Tiongkok ketika pada tahun 520 M. Bodhidharma ( Ta Mo Ta She) seorang Biksu India anak seorang Bangsawan India yang datang ke Tiongkok untuk memperkenalkan Sekte tersebut.Silsilah dari sekte Zen (Pewaris Jubah dan relik Sang Buddha)dapat kita lihat sebagai berikut :
1.    Sakyamuni Buddha    15. Kanadeva
2.    Maha Kassapa     16. Arya Rahulata
3.    Ananda         17. Samghanandi
4.    Sanavasa         18. Samghayasas
5.    Upagupta         19. Kumarata
6.    Dhritaka         20. Jayata
7.    Micchaka         21. Vasubhandu
8.    Buddhanandi         22. Manu
9.    Buddhamitra         23. Hakkenayasas
10.    Biksu Parsva         24. Biksu Simha
11.    Punyayasas         25. Vasasita
12.     Asvaghosha         26. Punyamitra
13.    Kapimala         27. Prajnatara
14.    Nagarjuna         28. Bodhidharma (Ta Mo Cu She)
Setelah kedatangan Bodhidharma ke Tiongkok juga dikenal sebutan enam Patriarch sebagai berikut :
Patriarch I    : Boddhidharma    Patriarch IV    : Tao Sin
Patriarch II    : Hui Khe         Patriarch V     : Hung Jen
Patriarch III    : Shen Chie         Patriarch VI     : Hui Neng
Setelah Patriarch VI Master.Hui Neng,semua sistim Patriarch di tiadakan,ini disebabkan tak ada lagi yang harus dipertahankan Jubah maupun relik Sang Buddha yang pada saat generasi Patriarch I Bodhidharma dimana banyak yang mengincar jubah dan relik Sang Buddha terutama Biksu kerajaan yang agak sesat Liu She San Cang.Mungkin untuk meneruskan tradisi Bodhidharma meneruskan kepada Hui Khe dan seterusnya sampai kepada Master Hui Neng yang menurut beliau sifat-sifat manusia masih penuh dengan Lobha,Dosa dan Moha,banyak murid yang mengincar kedudukan sebagai seorang Patriarch sehingga sering terjadi perselisihan dan pertengkaran.Ada versi yang mengatakan Jubah Sang Buddha kemudian di titipkan kepada Raja Sakka Dewata yang kemudian dibawa Raja Sakka ke sorga Tusita untuk di teruskan kepada Bodhisatva Maitreya.
Setelah Master Hui Neng ada beberapa Zen Master yang cukup terkenal antaranya adalah : Master Han san, Fa Jung, Ma Tsu dan Upasaka Ph’ang serta lain-lainnya. Dasar Filsafat Zen sering diungkapkan sebagai berikut:
Diberikan diluar pelajaran,Tanpa menggunakan kata-kata tulisan,Langsung diarahkan ke hati manusia,mengenal sifat sejati itu sendiri dan menjadi Buddha.
Didalam Zen Buddhisme,upacara-upacara agama dan ritual-ritual agama tidak begitu diperhatikan.Pembakaran Dupa Wangi dan lilin juga dilakukan hanya sekali-kali.Mereka juga mengulang Sutra-sutra tapi itu juga bukan merupakan suatu ikatan.Bagi mereka meditasi adalah bagian dari kehidupan mereka.Namun meditasi tak menjamin seseorang menjadi Buddha.Segala sesuatu harus diresapi dan direalisasikan agar dapat menghayati segala sesuatu apa adanya dan setiap momen kehidupan.
Mereka begitu menyintai ketenangan,keheningan serta keindahan alam karena hal-hal tersebut banyak membantu mereka untuk mencari diri pribadi dan mengenal diri sendiri dan tentu saja mereka juga sangat menjunjung tinggi moral dan Vinaya.Tanpa meninggalkan sifat-sifat sejati ajaran Sang Buddha mereka menerapkan metode yang alamiah dan menyerapi setiap ajaran Sang Buddha.
Bagi Zen,semua sutra-sutra Buddhist adalah Kitab Sucinya.Namun dapat dikatakan tidak ada satupun sutra-sutra tersebut yang dipegang erat-erat.Karena menurut mereka segala sesuatu yang terpenting adalah penghayatan isi sutra dan bukan menghafal kata-katanya.Namun ada beberapa sutra yang bisa dikatakan sumber bagi Zen Buddhisme:
•     Lankavatara Sutra (Diterjemahkan oleh Buddhabadra ke bahasa Tionghoa)
•    Vajrachedika Prajnaparamita Sutra ( Diterjemahkan oleh Kumarajiva)
•    Sutra Altar Patriarch VI ( oleh Master Hui Neng)
•     Vimalakirti Nirdesa Sutra ( Diterjemahkan oleh Kumarajiva)
•    Surangama Sutra (Diterjemahkan oleh Siksananda )
Sekte Zen telah menurunkan berbagai seni budaya Timur seperti:  Seni melukis,Upacara minum teh,Seni merangkai bunga (Ikebana),Seni memanah,seni memahat,dll.

Sekte Sukhavati (Cing Thu Cung / Jodoshyu)
Sekte ini adalah suatu sekte dari aliran Mahayana yang sangat populer dan dianut oleh berjuta-juta umat Buddhis di Asia.
Sekte Sukhavati adalah sebuah sekte yang menitik beratkan puja-Bhakti kepada Amitabha Buddha.Beliau berdiam di sebuah Sorga yang disebut Sukhavati yang berada disebelah Barat dari loka dunia ini.
Sekte ini tidak begitu menekankan pada pelajaran atau penyelidikan sutra-sutra atau meditasi.Apabila ada umat yang melakukan juga akan lebih baik. Tetapi yang terpenting adalah mematuhi Pancasila Buddhis dan menyerahkan diri pada kekuatan Maha Maitri Karuna Amitabha Buddha serta Bodhisatva Mahasatva lainnya.Karena dunia penuh dengan ketidak kekalan dan penderitaan sedangkan manusia tak sepenuhnya berhasil mengatasinya.Oleh karena itu segala macam pemikiran-pemikiran logika telah dikesampingkan.Yang terpenting adalah penyerahan diri dan bertobat dan mengulangi sebutan atau Zikir dengan Nama Buddha Amitabha (Namo Amithofo) agar timbul Saddha (Keyakinan) dan Maitri Karuna yang tak terbatas untuk akhirnya dijemut oleh Amitabha Buddha dan para Bodhisatva Mahasatva ke dalam Sorga Sukhavati agar terlepas dari Tumimbal lahir di alam Samsara dan berusaha melatih diri untuk mencapai Anuttara Samyaksambodhi di Sorga Sukhavati.
Ada 3 Sutra yang dijadikan pedoman sekte Sukhavati ini adalah:
1.    Amitabha Sutra/Sukhavati Vyuha Sutra( O Mi Tho Cing)
2.    Maha Sukhavati Vyuha Sutra (Wu Liang Sou Cing)
3.    Amitayus Dhyana Sutra (Kuan Wu Liang Sou Cing) Disamping itu pemujaan dan Bhakti Puja terhadap Kuan Im Phu Sah (Avalokitesvara) dan Ta She Ce Phu Sah (Mahastamaprapta).

Sekte Nichiren
Sekte ini adalah sebuah sekte Buddhis yang berasal dari Sekte Thien Thai dan dipelopori oleh seorang Bhiksu Jepang yaitu Nichiren Daishonin (1222-1282 M). Beliau dilahirkan pada satu keluarga nelayan.Sejak kecil beliau sudah tertarik dengan ajaran Buddha. Beliau selalu berpikir?Kebenaran apa yang disampaikan oleh Sang Buddha?? Pada usia 15 tahun beliau diupasampada menjadi Biksu.Karena keingintahunya terhadap Dharma beliau pergi ke Gunung Hi Ei Pusat dari Ajaran Thien Thai di Jepang dan berdiam disana selama 10 tahun serta giat mempelajari ajaran Buddha.Disana beliau berguru pada seorang guru yang begitu beliau hormati yaitu Dozenbo.
Pokok pangkal utama dari ajaran Nichiren adalah bersumber pada Hokkekyo
(Sadharma Pundarika Sutra). Dengan menyebut dan mengulang ‘Namu Myohorengekyo’ sebagai sebutan mulia yang utama agar dapat menimbulkan Saddha (keyakinan) yang kuat terhadap Hokkekyo dan menghapus karma-karma buruk sekaligus menambah karma-karma baik.Intinya penyebutan dan pengulangan dari Namu Miohorengekyo adalah sebagai penghayatan terhadap Dharma.Seperti telah diceritakan diatas bahwa ajaran Nichiren ini berakar dari ajaran Thien Thai maka ajaran yang diterapkan juga seperti yang diajarkan di ajaran Thien Thai.
Beliau banyak menulis karya sastra.Di antaranya untuk memperingati Guru beliau yang amat sangat beliau cintai dan hormati yaitu Dozenbo,beliau menulis Ho-On-Syo(Sastra tentang balas budi).Dimana beliau menekankan arti balas budi terhadap orangtua,guru dan negara.Selain itu juga ada karya-karya lain yang terkenal adalah Kaimokusyo (Sastra tentang membuka mata)dimana beliau menekankan sifat berkorban beliau terhadap rakyat, negara dan dunia.
Disamping itu sebuah karya sastra beliau yang mengisahkan garis besar filsafat beliau yaiyu Shohojisyo.Dalam karya beliau yang berjudul Risho-Ankoku-Ron(Sastra tentang menegakkan yang benar dan mengatur negara).Beliau tidak sependapat dengan Sekte Amida(Sukhavati),Zen (Dhyana),Shingon(Tantra) dan Ritsu(Vinaya).Hingga kini pengikut Nichiren terbagi menjadi 8 sekte.Mereka sangat aktif dalam usaha-usaha sosial dan kesejahteraan sosial maupun perdamaian dunia.Pengikut Nichiren tersebar luas di Asia Tenggara,Australia, Eropa dan Benua Amerika.
Sekte Nichiren Berpedoman dengan Sutra-sutra :
•    Muryogikyo ( Wu Liang I Cing/Amithatta Sutra)Terjemahan Dharmagathayasa.
•    Hokkekyo (Miau Fa Lien Hoa Cing/Sadharma Pundarika Sutra)
Terjemahan Kumarajiva.
•    Nehankyo (Nie Phan Cing/ Nirvana Sutra) Terjemahan Than Wu Chien serta mereka juga menaruh perhatian pada Wimokyo (Wei Mo Cing/Vimalakirti Nirdesa Sutra)Terjemahan Kumarajiva.

Sekte Vinaya (Lii Cung/Ritsusyu)
Sesuai dengan mazhab ini menitik beratkan pada Vinaya.Sekte ini di Tiongkok di pelopori oleh Biksu Tao Shu An pada periode Dinasti Tang (abad VI M). Pada sekte Vinaya terdapat apa yang disebut Catuh-Vinaya (She Fen Lii) yaitu Empat Sumber Vinaya yang terdiri dari:
1.    Sarvastivada Vinaya (Se Th’ung Lii) diterjemahkan ke dalam 61 Chuan/Bab pada 404-406 M.Oleh Punyatara.
2.    Dharmagupta Vinaya (She Fen Lii) diterjemahkan ke dalam 60 bab pada 405 M.Oleh Budhayasas.
3.    Mahasanghika Vinaya (Ta Seng Che Lii) diterjemahkan ke dalam 40 bab pada 405 M.Oleh Buddhabadra.
4.    Mahisasaka Vinaya (U Pu Lii) diterjemahkan ke dalam 30 bab pada tahun 423 M oleh Buddhajiva.
Susunan dari vinaya tersebut terdiri dari 250 pasal sebagai berikut:
1.    Parajika 4 Pasal
2.    Sanghavasesa 13 Pasal
3.    Aniyata 2 Pasal
4.    Naihsargika-prayascittika 30 Pasal
5.    Prayascitta 90 Pasal
6.    Pratidesaniya 4 Pasal
7.    Siksakaraniya 100 pasal
8.    Adhykarana-Samadha 7 Pasal
Selain itu berdasarkan Brahmajala Sutra (Fan Wang Cing) Dikenal juga dengan Bodhisatva Sila (Phu Sa Cie) Yang terdiri dari 58 Pasal:
1.    Garukapatti 10 pasal
2.    Lahukapatti 48 pasal
Diharuskan Ciak Cai/Vegetarian)
Pengertian terhadap Vinaya bukan berarti orang harus terikat pada kalimat Vinaya.Tetapi yang terpenting adalah penghayatan terhadap jiwa/semangat Vinaya itu sendiri.Pada umat awam yang dianjurkan untuk menerapkan Pancasila Buddhis pada kehidupan sehari-hari itu bukan berarti mencocokan kalimat demi kalimat,tetapi yang terpenting adalah penghayatan dalam pelatihan diri.
http://www.wihara.com/forum/seputar-buddhisme/4837-beragam-sekte-sekte-agama-buddha.html
Sumber lain mengatakan bahwa Agama Budha setelah Sang Budha wafat maka terpecahlah menjadi 18 Sekte, sebagai berikut:
1.    Theravadino (Theravada)
2.    Vajjiputtaka (Vatsiputriya)
3.    Mahimsasaka (Mahisasaka)
4.    Dhammuttariya (Dharmotariya)
5.    Bhaddayanika (Bhadrayanika)
6.    Channagarika (Sannagarika)
7.    Sammitiya (Sammitiya)
8.    Sabbatthivada (Sarvastivada)
9.    Dhammaguttika (Dharmaguptaka)
10.    Kassapiya (Kasyapiya)
11.    Sankantika (Samkrantika)
12.    Suttavada (Sutravadin)
13.    Mahasangitikaraka (Mahasanghika)
14.    Gokulika (Kukkulika)
15.    Ekabyoharika (Ekavyavaharika)
16.    Bahussutaka (Bahusrutaka)
17.    Pannatti-vada (Prajnaptivada)
18.    Cetiya-vada (Caitika)
Mengapa 18 sekte?, Jawabannya ada dalam teks Sumagadhavadana. Kisah ini berada pada masa Buddha Kasyapa dan diketahui penyokong Sang Buddha Kasyapa adalah Raja Krkin.
Di mimpinya, raja melihat 10 tanda:
1.     raja para gajah berusaha melewati jendela, namun tidak mampu memasukkan buntutnya lewat lubang jendela tersebut.
2.    seorang pria haus yang dikejar oleh sumur
3.    penawaran penjaulan satu bre tepung dan satu bre permata
4.    naiknya harga cendana dan jenis kayu lainnya
5.    pencuri mencuri bunga dan buah dari taman
6.     pangeran gajah ditakuti oleh seekor gajah muda
7.     seekor monyet yang dekil menggosok monyet lainnya dengan obat gosok
8.    naik tahtanya seekor monyet menjadi seorang raja
9.    kemunculan satu helai pakaian di tangan 18 orang pria
10.    kumpulan besar orang bertengkar dan saling berdebat

Bhagava Kasyapa menginterpretasikan salah satu dari penampakan mimpi tersebut, bahwa:
Sehelai pakaian yang tidak terobek oleh tangan 18 orang pria, setelah helai pakaian yang mula-mula dibagi menjadi 18 helai, menandakan bahwa meskipun Ajaran Buddha akan terbagi menjadi 18 sekte, masing-masing sekte akan mendapatkan kesempatan untuk mencapai pencerahan.
Sekumpulan orang saling bertengkar dan berdebat menandakan bahwa pembentukan Ajaran Sakyamuni akan disebabkan oleh perselisihan dalam [menginterpretasikan]poin-poin ajaran”

Dengan cara inilah Kasyapa Buddha menjelaskan pada sang raja arti dari 10 penampakan mimpinya. Divisi menjadi 18 sekte: Pada masa pemerintahan raja Asoka, pemisahan tersebut diakibatkan oleh beberapa pertentangan. Pada mulanya, pemisahan tersebut menjadi dua yaitu Sthavira dan Mahasanghika. Dan perlahan-lahan Mahasanghika terbagi menjadi delapan sub sekte:
1.    Mahasanghika
2.    Ekavyaharika
3.    Lokottaravada
4.    Bahusrutiya
5.    Prajnaptivada
6.    Caityasila
7.    Purvasaila
8.    Aparasaila

Sekte Sthavirra perlahan-lahan terbagi menjadi 10 sub sekte:
Sthavira awal bernama Haimavata, Sekte Sarvastivada terbagi menjadi 10 cabang:
1.    Vibhajyavadin
2.    Vatsiputriya
3.    Dharmottariya
4.    Bhadrayaniya
5.    Sammitiya
6.    Avantaka
7.    Kurukullaka
8.    Mahisasaka
9.    Dharmaguptika
10.    Suvarsaka
Berikut adalah Tabel Kesimpulan pembagian sekte-sekte


Pandangan Mahayana tentang 18 Sekte

Secara mengejutkan, Mahayana memandang bahwa ke-18 sekte Shravakayana bersumber pada Mahayana dan Prajnaparamita!

Pandangan Mahayana tersebut ada dalam:
MANJU SRIPARIPRCCHA SUTRA

Manjusri-pariprccha Sutra (Taisho Tripitaka 468) diterjemahkan ke dalam bahasa Tionghoa pada tahun 518 M oleh Sanghapala.
Pada waktu itu, Manjusri bertanya pada Sang Buddha: O Bhagava! Jelaskanlah, aku memohon pada-Mu, apa saja sekte-sekte yang berbeda di mana setelah Parinirvana-Mu, para pengikut-Mu di masa depan akan terpisah dan dari pemisah awal apakah sekte-sekte ini terbentuk?

Buddha menjawab Manjusri seperti ini: “Akan ada 12 sekte di antara pengikut-Ku setelah Parinirvana, di mana interpretasi yang berbeda mengenai ajaran-Ku muncul di dunia. Sekte-sekte ini akan menjadi penyimpan [dan pelestari] buah yang berbeda-beda dari Ajaran-Ku (Pitaka) tanpa ada yang lebih diunggulkkan maupun yang dianggap lebih rendah - seperti rasa air laut di semua tempat adalah sama – atau seperti 12 putra dari seorang laki-laki yang semuanya jujur dan benar, maka penjabaran ajaran-Ku yang diajukan oleh sekte-sekte ini [juga benar].Manjusri! Dua benih mula-mula dari sekte yang berbeda-beda ini ditemukan dalam penjabaran ajaran-Ku menggunakan sistem Mahayana dan Prajnaparamita. Para Sravaka, Pratyeka Buddha dan Buddha yang berbeda-beda akan datang dari Prajnaparamita, Manjusri! Seperti bumi, air, api, angin dan kekosongan membentuk suatu material dan alam semesta yang dapat terlihat, maka Mahayana dan Prajnaparamita membentuk material dari sebuah sistem di mana tiga tingkatan yang berbeda yaitu Sravaka, Pratyeka-Buddha dan Buddha memberikan ajaran.”
Manjusri bertanya pertanyaan ini pada Buddha: “Bhagava! Dengan nama apakah sekte-sekte ini dikenal?
Buddha menjawab: “Dua sekte yang pertama terbentuk adalah Mahasanghika dan Sthavira. 100 tahun setelah Nirvana-Ku, sebuah sekte bernama Ekavyoharika akan muncul. 100 tahun setelah sekte ini muncul, maka muncul sekte lainnya yaitu Kukkulika. 100 tahun kemudian dari sekte ini muncul sekte lain bernama Bahusrutiya. 100 tahun kemudian dari sekte ini akan ada sekte lainnya yang terbentuk yaitu Caitiyavada. 100 tahun setelah ini sebuah sekte akan muncul yaitu Purvasaila. 100 tahun setelah ini sekte lain akan muncul dari sekte ini yaitu Uttarasaila. Tujuh sekte ini muncul dari Mahasanghika dan termasuk juga Sangha mula-mula atau kumpulan, sehingga diklasifikasikan menjadi delapan sekte.
“Dari Sthavira terbentuk 11 sekte. 100 tahun setelah kemunculan sekte di atas, muncul yang lainnya yaitu sekte Sarvastivada. 100 tahun kemudian dari sekte ini muncul Haimavata. 100 tahun setelah sekte ini, muncul yang lain bernama Vatsiputriya. 100 tahun kemudian setelah ini muncul sekte lain bernama Dharmotariya. 100 tahun setelah ini dari sekte ini muncul yang lain bernama Bhadrayaniya. 100 tahun kemudian dari sekte ini akan muncul yang lain yaitu Sammitiya. 100 tahun kemudian sekte lain muncul dari sekte ini yaitu Shannagarika. 100 tahun setelah ini muncul sekte lain bernama Mahisasaka. 100 tahun kemudian dari sekte ini muncul sekte Dharmagupta. 100 tahun kemudian sekte lainnya muncul yaitu Kasyapiya. 100 tahun kemudian daris ekte ini muncul sejte bernama Sautantrika. Di atas adalah 11 sekte yang berasal dari Sthavira, dan termasuk sekte ibunya, berjumlah 12 cabang.
Buddha kemudian mengucapkan gatha ini:
“Sekte Mahasanghika akan terbagi menjadi tujuh bagian
Sekte Sthavira menjadi sebelas bagian,
Inilah apa yang kita istilahkan sebagai 12 sekte [dari Mahasthavira],
Delapan belas termasuk di dalamnya dua sekte awal,
Semua ini muncul dari Mahayana,
Yang mengatakan bukan kesetujuan pun bukan kontradiksi
Sekarang Aku berkata bahwa di masa depan mereka akan muncul,
Berbagai karya tulis dari Arya Kumarajiva
Setelah lenyapnya Dharma Sejati,
Hanya 100 tahun
Dan oleh karena berbagai kemunculan ini,
Dharma Sejati perlahan-lahan lenyap,
Setiap orang membentuk pandangan mereka sendiri,
Memberikan opini mereka berdasarkan ajaran heterodoks
Memandang rendah mereka yang seharusnya dihormati
Ketidakpuasan dan pemberontakan akan muncul
Namun sekarang hanya Sutra-Sutralah yang menjadi dasar
Di mana ajaran Buddha didirikan
Bersandar pada kebenaran yang terdahulu
Mencari pondasi pada dasar yang teguh ini
Seperti berada dalam butiran pasir yang sangat banyak
Mencari emas murni
Demikiankah yang telah kudengar dari para Buddha masa lampau,
Yang muncul bagaikan matahari di antara manusa”

“160 tahun setelah Nirvana Sang Buddha, di kota bernama Pataliputra terdapat seorang raja bernama Asoka yang akan mengumpulkan seluruh Jambudvipa menjadi daerah kekuasaannya. Di masa pemerintahannya, kumpulan-kumpulan besar mulai terpisah menjadi sekte-sekte. Pada waktu itu muncullah seorang Bhiksu bernama Neng, dan lainnya bernama Nidana dan yang lainnya bernama Bahusrutiya – para bhikkhu ini akan mengajukan ajaran tentang lima pernyataan sebagai dasar dari ajaran. Lima poin tersebut adalah:
Keuntungan dari orang lain
Ketidaktahuan
Keraguan
Berkata-kata religius
Mendasarkan pada penalaran

“Karena pertimbangan mengenai pertanyaan-pertanyaan ini, maka dua sekte awal terbentuk yaitu Mahasanghika dan Sthavira.
“Di abad menengah, mengikuti Mahasanghika, sekte-sekte lain muncul sebagai berikut: Ekavyaharika, Lokottaravadin, Kukkutika. Lagi, di pertengahan abad muncul sekte lainnya dari Mahasanghika yang disebut sebagai Shichi lun.
“Lagi, di pertengahan 200 tahun, para pengikut sesat dari Mahadeva, mengambil ikrar kebhiksuan, dan berdiam menetap di Gunung Chaitiya. Lagi, dari Mahasanghika muncul tiga sekte lainnya yaitu Chaitika, Aparasaila dan Uttarasaila. Demikianlah dari Mahasanghika muncul sembilan sekte: Mahasanghikas, Ekavyavaharika, Lokottaravâdin, Gokulika, Bahusrutiya, Shi-chi,  Yan-ka, Ho-lo, Uttarasaila.
“Di masa pertengahan 300 tahun, dari sekte Sthavira muncul kontroversi berkenaan dengan Kitab Abhidharma, berbagai sekte-sekte yang berbeda sebagai berikut: Sarvastivada, yang juga disebut Hetuvada, [dan] Haimavata. Di pertengahan 300 tahun kemudian muncul sekte bernama Vatsiputriya, dari sekte ini muncul sekte lain yaitu Dharmottariya, yang lain bernama Bhadrayaniya, dan lagi, sekte lain bernama Mili, yang lain bernama Sammitiya, sekte lain bernama sekte enam kota (Shannagarika). Lagi, di tahun ke-300, Sarvastivada memunculkan sekte lainnya yaitu Mahisasaka, di mana muncul sekte Dharmagupta. Lagi ditahun ke-300, sekte lain muncul dari Sarvastivadin, bernama Varsha, yang juga dinamakan kasyapiya. Di tahun ke-400 dari Sarvastivada muncul sekte lain bernama Samkranti, dinamakan seperti nama pendirinya Uttara, sekte ini dikenal sebagai Sautantrika.
“Demikianlah, dari sekte Mahasthaviras bercabang menjadi dua belas sekte: Mahasthaviras [Theravada], Haimavata, Sarvastivadin, Vatsiputriya, Dharmottariya, Bhadrayaniyas,  Sammatiyas, Shannagarika, Mahisasika, Dharmagupta, Kasyapiya,  Sautrantika."
Kita sekarang akan berbicara mengenai ajaran yang berbeda-beda dari berbagai sekte, baik perbedaan maupun persamaan mereka.
Sekte-sekte berikut ini, Mahasanghika, Ekavyavaharika, Lokottara, Kukkutika memegang pandangan yang akan kita jelaskan. Mereka berkata bahwa tradisi menghormati para Buddha yang terlahir di dunia sebagai manusia biasa adalah tidak benar – [mereka mengatakan] bahwa Dharma adalah Tathagatha dan satu-satunya di dunia. Mereka semua berkata bahwa ‘Pemutaran Roda Dharma’ berada dalam tahap akhir. Mereka berkata bahwa “fenomena eksis”, “Hubungan eksis”. “kebenaran eksis”. Mereka berkata bahwa Tathagata luasnya tidak terbatas, kagungannya tidak dapat diukur, abadi, dapat mengingat kehidupan lampau (smriti), kekuatan keyakinannya (sraddhabala), pengalaman kebahagiaannya dan kehidupannya, tidak ada akhir; ia tidak tidur, ia tidak berbicara, ia tidak bertanya-tanya, ia tidak merefleksikan apapun; mereka berkata bahwa keberadaan-Nya adalah satu dan seragam, bahwa semua makhluk dapat mencapai pembebasan dengan mendengar ajaran-Nya, bahwa ekachitta dari Tathagata meliputi semua Dharma dalam satu momen dengan menggunakan kebijaksanaan-Nya.”
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=5964.0
KESIMPULAN
Inilah sedikit penjelasan mengenai sekte-sekte dari agama Buddha yang dapat dirangkum. untuk melihat lebih jelas bahwa apapun sekte-sekte yang diterapkan dalam ajaran Sang Buddha adalah menuju pembebasan akhir yaitu Nirvana/Nibbana.Banyak kesamaan dan perbedaan yang didapat tetapi kita adalah satu.Yaitu Ekayana (Kenderaan Tunggal)/Buddhayana (Kenderaan Buddha). Hanya banyak jalan/sekte yang dapat ditempuh dimana jalan/sekte itu yang terdekat dihati kita.Tak mungkin kita bila dari Indonesia mau ke Australia harus memutar dari benua Afrika agar dapat mencapai Australia. Kecuali bila ada satu sebab.
Biasanya Lingkungan kita apabila banyak Mahayana ataupun Theravada tentu kita mengambil Mahayana/Theravada mana yang cocok dihati kita.Ataupun mau mengambil keduanya juga Sang Buddha gak melarang.Intinya adalah penghayatan dari Ajaran Buddha itu sendiri yang harus kita terapkan pada kehidupan kita sehari-hari.Umat Islam tak melakukan Sholat diancam masuk neraka,Umat Kristen diancam akan masuk neraka bila tak percaya pada Yesus dan Allah Bapa,tetapi ajaran Buddha tak pernah mengancam kita akan masuk neraka bila tak menyembah Buddha.Sang Buddha hanya menyarankan kita melatih diri/sila,samadhi,Panna dengan sebaik-baiknya agar dapat mencapai kesucian tergantung tingkatan pencapaian dari umat yang melaksanakannya.
Bukan harus mencapai kesucian dalam kehidupan saat ini juga kalau tidak nanti masuk neraka.Sang Buddha telah menjelaskan kepada siswa-siswaNya baik dari Sangha maupun upasaka-upasika tentang jalan yang harus dipilih dan jalan yang harus dihindari.Bukankah lebih mudah dan ikhlas kita menjalankan Ajaran Buddha yang tak menggunakan ancaman daripada yang menggunakan ancaman api neraka. Namun bukan berarti ajaran Buddha tidak terdapat neraka, ajaran Buddha hanya menjelaskan apabila membuat sesuatu yang sangat jahat dan sangat merugikan orang banyak akibat dari perbuatan itu sendiri yang akan dilahirkan ke alam neraka bukan karena tak memujaNya. Jangan karena kita tak diancam neraka terus kita lengah,tetapi berusahalah melatih diri dengan sebaik-baiknya.Semoga Jasa dari kebajikan ini Kita limpahkan kepada makhluk-makhluk yang menderita.Semoga mereka berbahagia di dalam perlindungan Buddha,Dharma, dan Sangha.

  





Tidak ada komentar:

Posting Komentar