Senin, 03 Juni 2013

Respap. Kitab Suci Agama Budha


Responding paper Budhisme, “Kitab Suci Agama Buddha”
Nama: Ika Wahyu Susanti/ 1111032100039/ PA/3/B

Kitab-kitab agama Buddha yang ada, baik yang tersusun sistematis, dalam bentuk asli atau terjemahan, tertulis dalam bahasa Pali, Sansekerta, Tibet dan Cina serta dalam bahasa-bahasa lain dimana agama Buddha berkembang.
Kitab-kitab Tipitaka Pali adalah kitab yang tertua serta terlengkap. Kitab Tipitaka sebagai kitab suci agama Buddha tersusun ke dalam Vinaya Pitaka (peraturan),; Sutta Pitaka (Khotbah tetang ajaran); Abhidhamma Pitaka (Filsafat, etika dan metafisika).
Ajaran agama Buddha bersumber pada kitab Tripitaka yang merupakan kumpulan Khotbah, keterangan, perumpamaan dan percakapan yang pernah dilakukan sang Buddha dengan para siswa dan pengikutnya. Dengan demikian, isi kitab tersebut semuanya tidak berasal dari dari kata-kata sang Buddha sendiri melainkan juga kata-kata dan komentar-komentar dari para siswanya. Oleh para siswanya sumber ajaran tersebut dipilah menjadi tiga kelompok besar, yang dikenal dengan pitaka atau keranjang, yaitu Vinaya pitaka, Suttra pitaka, dan Abidharma pitaka.[1]

Selain pengelompokkan diatas, kitab-kitab agama Buddha juga dapat dikelompokkan menjadi kitab Sutra dan Sastra. Kitab Sutra adalah kitab-kitab yang dipandang berisi ucapan sang Buddha sendiri, meskipun ditulis jauh sesudah Ia meninggal dunia, sedangkan kitab Sastra adalah kitab yang berisi  uraian yang ditulis oleh tokoh ternama yang biasanya disusun secara sistematis.
Penulisan kitab Berbahasa Pali
Kitab Pali yang pertama kali ditulis adalah kitab suci Tipitaka pada abad pertama SM di Cylon. Sejak  saat itu banyak pula kitab-kitab lainnya yang ditulis dan mengacu pada kitab suci Tipitaka. [2]
Suatu alasan penting memberikan dan mempelajari bahasa Pali dalam memahami ajaran Buddha yang lebih mendalam. Karena bahasa ini merupakan gudang yang menyimpan pengetauhan yang sangat berharga dari sejarah india kuno.
Diantara penulis kitab berbahasa Pali ke semuanya berisi hal-hal sekitar Buddha yang sampai saat ini sangat membantu kita untuk memahami ajaranNya, beberapa diantara mereka adalah Nagasena, Buddhadatta, Buddhaghosa, dan Dhammapala.
Penulisan kitab berbahasa Sansekerta
Kita mengenal banyak penulis kitab agama Buddha dalam bahasa Sansekerta. Mereka antara lain adalah Asvaghosa, Nagarjuna, Buddhapalita, Bhavaviveka, Asanga, Vaubandhu, Dinnaga, dan Dharmakirti.
Kitab Suci Agama Buddha adalah Tipitaka. Demikian juga halnya di Indonesia. Hal itu telah ditetapkan dalam kongres umat Buddha Indonesia di Yogyakarta tahun 1979 yang pada waktu itu dihadiri tujuh majelis Agama Buddha dan Sangha-Sangha dari aliran Theravãda dan Mahayana ataupun aliran Theravãda yang berbaur dengan Mahayana. Kitab suci Agama Buddha (Tipitaka) yang lengkap hanyalah yang berbahasa Pali (bahasa yang dipergunakan oleh Sang Buddha dan oleh rakyat jelata suku Magadha).
Tipitaka (Sansekerta: Tripitaka) adalah kumpulan ajaran Buddha selama 45 tahun dalam bahasa Pali. Terdiri dari Sutta (Doktrin umun), Vinaya (kode disiplin), dan Abhidhamma (psikologi mutlak.Tipitaka dihimpun dan disusun dalma bentuknya seperti saat ini oleh para Arahat yang memiliki kontak langsung dengan Sang Guru sendiri.[3]
Tipitaka terdiri dari tiga bagian ajaran Buddha. Tiga bagian itu adalah:
Vinaya pitaka memuat hal-hal terutama berkaitan dengan aturan tata tertib bikkhu dan bikkhuni.
Sutta pitaka terdiri dari ceramah-ceramah utama yang diberikan oleh Buddha sendiri dalam berbagai peristiwa.
Abhidhamma pitaka adalah kumpulan kitab yang palinh penting dan menarik, karena mengandung filosofi dan psikologi mendalam dari ajaran Buddha, lain dari wacana sederhana dalam Sutta pitaka.

Daftar Pustaka
Ali, Mukti. Agama-agama di Dunia. IAIN Sunan Kalijaga Press. Yogyakarta: 1988
Tim Penyusun, Materi Kuliah Sejarah Pekembangan Agama Buddha. CV. Dewi Kayana Abadi. Jakarta:2003








[1] H.A Mukti Ali, Agama-agam Di Dunia, hal. 112
[2] Tim Penyusun, Materi Kuliah Sejarah Pekembangan Agama Buddha,hal. 128
[3] Dr. Sri Dhammananda, Keyakinan Umat Buddha, hal. 97

Tidak ada komentar:

Posting Komentar