Senin, 03 Juni 2013

Respap. Meditasi


Responding paper Budhisme, “Meditasi”
Nama: Ika Wahyu Susanti/ 1111032100039/ PA/3/B

Kata “meditasi” berasal dari bahasa Latin, meditatio, artinya hal bertafakur, hal merenungkan, memikirkan, mempertimbangkan atau latihan, pelajaran persiapan. Dalam Kamus Teologi meditasi adalah do’a batin, merenungkan Kitab Suci atau tema-tema rohani yang lain, bertujuan mencapai kesatuan dengan Allah dan memperoleh pemahaman atas kehendak Illahi.[1]
Meditasi adalah membiasakan diri agar senantiasa mempunyai sikap yang positif, realistis, dan konstruktif. Dengan bermeditasi kita akan dapat membangun kebiasaan baik dari pikiran kita. Meditasi dilakukan dengan pikiran, dengan meditasi kita akan dapat mengalihkan pandangan kita sedemikian rupa sehingga kita menjadi lebih berwelas asih, cinta kasih, dan kita mengerti tentang hakikat dari kenyataan hidup ini.[2]
Lima ciri ketenangan pertama (pathama jhana):
1.      Vitaka :saat merenungkan dan berusaha memegang objek.
2.      Vicara  : dapat memegang objek dengan kuat.
3.      Piti       : kegiuran yang amat dalam sewaktu meditasi
4.      Sukha : kebahagiaan yang sulit digambarkan sewaktu meditasi
5.      Ekaggatarama : batin terpusat, pikiran tidak lari kemana-mana, dan bersatu dalam objek.
Tujuan terakhir meditasi adalah sama dengan tujuan akhir dari Buddha Dharma, yaitu untuk mencapai Nibbana, dan menghapuskan, dan diluar bentuk-bentuk pengalaman manusia biasa. Dalam agama Buddha lebih banyak mengarahkan pelajarannya pada dua macam yang lebih penting, langsung, nyata, dan dapat dibuktikan kebenarannya berdasarkan pengalaman. Pertama adalah pemeliharaan serta bertambahnya dan berkembangnya perasaan-perasaan yang positif dan mulia, seperti: cinta kasih, kasih sayang, kesucian batin, keseimbangan, dan perasaan simpati pada orang lain. Dan yang kedua adalah melenyapkan kelobaan, kebencian, kegelapan batin, kesombongan, nafsu-nafsu, dan semua perasaan negatif (buruk).
Lenyapnya seluruh penderitaan adalah tujuan pertama dari meditasi, maka pencapaian perasaan yang positif adalah tujuan yang kedua, dan tujuan yang ketiga adalah pemusatan pikiran (konsentrasi) dan pandangan terang, serta kebebasan atau tidak terikat. Konsentrasi (pemusatan pikiran) adalah kemampuan untuk memegang pemusatan perhatian dengan kuat pada suatu objek tertentu dalam masa waktu yang diperpanjang[3].
Segi-segi yang dapat merintangi dalam latihan dan kemajuan meditasi, yaitu:
·         Rintangan yang berbentuk kejiwaan,
·         Materi,
·         Keadaan sosial.
Meditasi dalam Buddha ada duamacam, pertama meditasi yang disebut Samatha-Bhavana yaitu meditasi untuk mencapai ketenangan hidup. Samatha bhavana artinya pengembangan ketenangan bathin, atau dengan sebutan lain yaitu samatha –kammatthana artinya ketenangan batin sebagai tujuan dari meditasi/samadhi dengan memilih salah satu dari 40 objek dan diantaranya yang terbaik bagi mereka yang pertama kali melatih Samatha Bhavana ialah memakai objek Metta.[4] Obyek yang dipakai dalam Samatha Bhavana ada 40 macam. Obyek-obyek itu adalah sepuluh kasina, sepuluh asubha, sepuluh anussati, empat appamañña, satu aharapatikulasañña, satu catudhatuvavatthana, dan empat arupa.
Meditasi yang kedua adalah meditasi Vipassana-Bhavana, yaitu meditasi yang dapat membersihkan kekotoran batin dan pikiran secara total, sehingga kita dapat mencapai pandangan terang. Meditasi pengembangan pandangan terang (vipassana-bhavana) merupakan jalan untuk menghilangkan semua kotoran batin, yang berpuncak pada Nirwana atau berakhirnya duka. Vipassana bhavana sebutan lainnya yaitu Vipassana-Kammatthana artinya pandangan terang sebagai tujuan dari meditas/samadhi, tanpa memakai objek apapun, melainkan hanya perhatiannya yang ditujukan kepada gerak-gerik jasmani dan rohani.
Vipassana Bhavana merupakan pengembangan batin yang bertujuan untuk mencapai pandangan terang. Dengan melaksanakan Vipassana Bhavana, kekotoran-kekotoran batin dapat disadari dan kemudian dibasmi sampai keakar-akarnya, sehingga orang yang melakukan Vipassana Bhavana dapat melihat hidup dan kehidupan ini dengan sewajarnya, bahwa hidup ini dicengkeram oleh anicca (ketidak-kekalan), dukkha (derita), dan anatta (tanpa aku yang kekal). Dengan demikian, Vipassana Bhavana dapat menuju ke arah pembersihan batin, pembebasan sempurna, pencapaian Nibbana.
Dalam melaksanakan Vipassana Bhavana, obyeknya adalah nama dan rupa (batin dan materi), atau pancakhandha (lima kelompok faktor kehidupan). Ini dilakukan dengan memperhatikan gerak-gerik nama dan rupa terus menerus, sehingga dapat melihat dengan nyata bahwa nama dan rupa itu dicengkeram oleh anicca (ketidak-kekalan), dukkha (derita), dan anatta (tanpa aku). Obyek yang dipakai dalam Vipassana Bhavana adalah nama dan rupa (batin dan materi), atau empat satipatthana.
Pancakkhandha (lima kelompok faktor kehidupan) terdiri atas :
rupa-khandha (kelompok jasmani), vedana-khandha (kelompok perasaan), sañña-khandha (kelompok pencerapan), sankhara-khandha (kelompok bentuk pikiran), dan viññana-khandha (kelompok kesadaran). Sesungguhnya, yang disebut pancakkhandha itu adalah makhluk.
Dalam melaksanakan Samatha Bhavana, pada umumnya orang yang bermeditasi sering mendapat gangguan atau halangan atau rintangan, yaitu lima nivarana dan sepuluh palibodha. Dalam melaksanakan Vipassana Bhavana, terdapat pula rintangan-rintangan yang dapat menghambat perkembangan pandangan terang, yang disebut sepuluh vipassanupakilesa.
Daftar Pustaka
Kebahagiaan dalam Dhamma. Jakarta: Majelis Budhayana Indonesia,1980
Mukti Krishnanda Wijaya. Wacana Buddha-Dharma.Jakarta: Yayasan Dharma Pembangunan, 2003
Meditasi I.Jakarta: Vajra Dharma Nusantara,2004,
Meditasi II.Jakarta: Vajra Dharma Nusantara,2004












[1] Krishnanda Wijaya-Mukti. Wacana Buddha-Dharma.(Jakarta: Yayasan Dharma Pembangunan, 2003), h.212
[2] Meditasi I.(Jakarta: Vajra Dharma Nusantara,2004), bag.prawacana
[3]Meditasi II.(Jakarta: Vajra Dharma Nusantara,2004), h.141
[4]Kebahagiaan dalam Dhamma. (Jakarta: Majelis Budhayana Indonesia,1980), h.28

Tidak ada komentar:

Posting Komentar