Responding Paper ‘ Hinayana dan Mahayana ‘
Oleh: Ika Wahyu Susanti/ PA/ 4/ B
ü Hinayana adalah
ajaran-ajaran asli dari Buddha Gautama dan kitab sucinya ialah Tipitaka yang
terdiri dari Vinaya Pitaka, Sutta Pitaka dan Abhidamma Pitaka.
ü Prinsip-prinsip
pandangan dari ajarana Hinayana adalah mempertahankan kemurnian ajaran Buddha
dan menjaga ajaran Buddha tidak terpengaruh oleh kebudayaan lain.
ü Aliran ini
tidak dapat menampung banyak orang untuk memperoleh kebahagiaan nirwana, karena
dalam prinsip pandangannya menyatakan bahwa setiap orang bergantung pada
usahanya sendiri dalam mencapai kebahagiaan abadi dengan tanpa adanya penolong
dari dewa ataupun manusia Buddha. hal ini dapat dipahami dari arti kata
Hinayana yaitu kendaraan kecil.
ü Aliran ini
disebut juga “Theravada” yang lebih
jelas menggambarkan pendirian aliran tersebut, karena Theravada berarti “jalan orang-orang tua” [1]
ü Para penganut
Hinayana menitikberatkan meditasi untuk mencapai peneranga sempurna sebagai
jalan yang terpendek untuk menyelami Dhamma dan mencapai pembebasan, Nibbana.
ü Pokok ajarannya
Hinayana mewujudkan suatu perkembangan yang logis dari dasar-dasar yang
terdapat di dalama kitab-kitab kanonik.
ü Ajaran Hinayana
di ikhtisarkan secara umum, dapat dirumuskan demikian:
a.
Segala sesuatu bersifat fana serta hanya berada untuk sesaat saja.
Apa yang berada untuk sesaat saja itu disebut dharma. Oleh karena itu tidak ada sesuatu yang tetap berada. Tidak
ada aku yag berpikir, sebab yang ada adalah pikiran. Tidak ada aku yang merasa,
sebab yang ada adalah perasaan, demikian seterusnya.
b.
Dharma-dharma itu adalah kenyataan atau realitas yang kecil dan
pendek, yang berkelompok sebagai sebab dan akibat. Karena pengaliran dharma
yang terus menerus maka timbullah kesadaran aku yang palsu atau ada
“perorangan” yang palsu.
c.
Tujuan hidup ialah mencapai Nirwana, tempat kesadaran ditiadakan.
Sebab segala kesadaran adalah belenggu karena kesadaran tidak lain adalah
kesadaran terhadap sesuatu, namun apakah yang tinggal berada di Nirwana itu,
sebenarnya tidak diuraikan dengan jelas.
d.
Cita-cita untuk menjadi Pratyeka
Buddha, yaitu bahwa karena usahanya sendiri orang dapat mencapai pencerahan
bagi dirinya sendiri saja, tidak untuk diberitakan kepada orang lain.
e.
Cita-cita tertinggi ialah menjadi arahat, yaitu orang yang sudah berhenti keinginannya,
ketidaktahuannya, dan sebagainya, dan oleh karenanya tidak ditaklukkan lagi
pada kelahiran kembali[2].
f.
Manusia dipandang sebagai seorang individu dalam usahanya.
g.
Sebagai kunci keutamaan manusia ialah kebijaksanaan.
h.
Buddha dipandang sebagai orang suci.
i.
Membatasi pengucapan doa pada meditasi.
j.
Meninggalkan atau menolak hal-hal yang bersifat metafisis.
k.
Meninggalkan atau menolak melakukan ritus dan rituals
(upacara-upacara agama)
l.
Tidak mengenal dewa-dewa Lokapala (dewa angin) atau Trimurti dan
tidak mengenal beryoga atau tantra (mantra-mantra)[3].
·
Aliram Mahayana, yaitu aliran Hinayana yang diperbaharui dengan
diberi pelajaran-pelajaran ekstra yang dipelopori oleh Buddhaghosa atau
Asvaghosa.
ü Disebut dengan
Mahayana karena dapat menampung sebanyak-banyaknya orang yang ingin masuk
Nirwana, hingga diumpamakan sebagai sebuah “kereta besar” yang memuat penumpang
banyak (arti kata Mahayana adalah kereta/kendaraan besar).
ü Perubahan zaman
meminta agar Agama Buddha dikurangi kesederhanaannya, hingga lambat laun
bentuknya mendekati bentuk Hinduisme.
ü Bagi agama
Buddha yang lama, Buddha itu tidak lain daripada seorang manusia juga, meskipun
seorang guru yang termulia, yang pada akhirnya sampai pada martabat Arahat dan
mencapai pencerahan Agung. Ia adalah manusia dan tetap manusia.
ü Di dalam
Mahayana, Buddha menjadi suatu makhluk dari golongan yang lebih tinggi, jauh
diatas para manusia. Meskipun ia tidak diapandang sebagai Allah dalam arti yang
sebenarnya, tetapi setidak-tidaknya ia dianggap mempunyai sifat luar biasa dan
ia makin menjadi objek pemujaan dan penyembahan[4].
ü Pokok-pokok
ajaran Mahayana secara ringkas mengajarkan:
a.
Seseorang dalam mencapai Nirwana tidak egoistismementingkan dirinya
sendiri akan tetapi dapat saling membantu.
b.
Kunci keutamaan ialah kasih sayang yang disebut “karuna”
c.
Pencapaian tertinggi adalah Bodhisatva (orang yang telah mencapai
ilham sehingga terjamin untuk masuk Nirwana).
d.
Buddha dipandang sebagai juru selamat manusia.
e.
Ajarannya bersifat liberal[5].
ü Secara harfiah Bodhisattva berarti orang yang hakikat
atau tabiatnya adalah bodhi (hikmat)
yang sempurna.
ü Awalnya
Bodhisattva adalah sebuah gelar bagi tokoh yang ditetapkan untuk menjadi
Buddha.
ü Cita-cita
tertinggi di dalam Mahayana adalah untuk menjadi Bodhisattva.
ü Mahayana ada
ajaran tentang pariwarta, yaitu bahwa
kebajikan dapat dipergunakan untuk kepentinagn orang lain.
ü Hal yang kedua,
yang memberi cirri Mahayana ialah ajaran tentang Sunyata, yang artinya kekosongan.
ü Kosong (sunyata) berarti: tidak ada yang
mendiaminya. Oleh karena itu sunyata berarti, bahwa tiada pribadi (yang
mendiami orang). Segala sesuatu adalah kosong, oleh karenanya tidak ada yang
dapat diinginkan atau dicari. Bukan hanya dunia yang kosong, melainkan juga Nirwana bahkan Dharma juga kosong. Kebenaran yang tertinggi adalah kosong, oleh
karenanya tak dapat dijadikan sasaran
kepercayaan. Yang Mutlak tak dapat dipegang, seandainya ia dapat dipegang, tak
dapat dikenalnya, sebab Yang Mutlak tidak memiliki cirri-ciri yang membedakan
denga yang lain.
ü Di dalam
perkembagannya Mahayana mengalami bermacam-macam pengaruh, diantaranya dari
gerakan Bakti dan dari aliran Tantra.
ü Bakti adalah
penyembahan pribadi yang berdasarkan kasih kepada dewa yang disembah yang
digambarkan dalam bentuk manusia.
ü Di dalam agama
Buddha Hinayana, Triratna, yaitu Buddha, Dharma dan Sangha, menjadi tempat
perlindungan, akan tetapi di dalam Mahayana tempat perlindungan itu ialah para
Buddha, anak-anak Buddha, atau Bodhisattva dalam arti yang laus dan
Dharmakarya.
ü Diajarkan bahwa
Buddha juga terdiri dari lima skadha, dan tiap skandha adalah seorang tokoh
Buddha, yang disebut Tathagana.
ü Tathagana
adalah Buddha senantiasa, tidak pernah menjadi manusia, sedang Buddha yang
biasa menjadi manusia.
ü Ajaran
tentang banyak Buddha ini dijabarkan
dari ajaran tentang lima skandha, atau lima unsure yang menyusun hidup manusia.
Semula diajarkan, bahwa manusia terduru dari lima skandha, yaitu: rupa (tubuh), wedana (perasaan), samjna
(pengamatan), samskara (kehendak,
keinginan dsb.), dan wijnana
(kesadaran).
ü Pengaruh Tantra
menimbulkan pada Mahayana ajaran tentang ,
yaitu Buddha yang pertama, yang dipandang sudah ada pada mula pertama, yang
tanpa asal, yang berada karena dirinya sendiri, yang tak pernah tampak karena
berada di dalam Nirwana.
Daftar Pustaka
Arifin, Muhammad. Menguak
Misteri Ajaran agama-Agama Besar. Golden Trayon Press. Jakarta: 1986
Hadiwijono, Harun. Agama
Hindu dan Buddha. Gunung Mulia. Jakarta: 2003
Jr, A.g Honig. Ilmu Agama.
Gunung Mulia. Jakarta: 2003
T, Suwarto. Buddha Dharma
Mahayana. Majelis Buddhayana Indonesia. Jakarta: 1995
Kebahagiaan
Dalam Dhama. Majelis
Buddhayana Indonesia. 1980
[2] Harun Hadiwijono, Agama Hindu
dan Buddha, (Jakarta: Gunung Mulia, 2003), cet – 13, h. 91
[3] M. Arifin, Menguak Misteri
Ajaran Agama-Agama Besar, (Jakarta: PT. Golden Trayon Press, 1986), cet-1,
h.109
[4]A.g Honig Jr, Ilmu Agama, (
Jakarta: Gunung Mulia, 2003 ), cet – 10, h.225
[5] M. Arifin, Menguak Misteri
Ajaran Agama-Agama Besar, (Jakarta: PT. Golden Trayon Press, 1986), cet-1,
h.111
Tidak ada komentar:
Posting Komentar