Responding paper Budhisme, “Meditasi”
Nama: Ika Wahyu Susanti/ 1111032100039/ PA/3/B
Kata “meditasi”
berasal dari bahasa Latin, meditatio, artinya hal bertafakur, hal merenungkan,
memikirkan, mempertimbangkan atau latihan, pelajaran persiapan. Dalam Kamus
Teologi meditasi adalah do’a batin, merenungkan Kitab Suci atau tema-tema
rohani yang lain, bertujuan mencapai kesatuan dengan Allah dan memperoleh
pemahaman atas kehendak Illahi.[1]
Meditasi adalah
membiasakan diri agar senantiasa mempunyai sikap yang positif, realistis, dan
konstruktif. Dengan bermeditasi kita akan dapat membangun kebiasaan baik dari
pikiran kita. Meditasi dilakukan dengan pikiran, dengan meditasi kita akan
dapat mengalihkan pandangan kita sedemikian rupa sehingga kita menjadi lebih
berwelas asih, cinta kasih, dan kita mengerti tentang hakikat dari kenyataan
hidup ini.[2]
1.
Vitaka :saat merenungkan dan
berusaha memegang objek.
2.
Vicara : dapat memegang objek
dengan kuat.
3.
Piti : kegiuran yang
amat dalam sewaktu meditasi
4.
Sukha : kebahagiaan yang
sulit digambarkan sewaktu meditasi
5.
Ekaggatarama : batin terpusat,
pikiran tidak lari kemana-mana, dan bersatu dalam objek.
Tujuan terakhir
meditasi adalah sama dengan tujuan akhir dari Buddha Dharma, yaitu untuk
mencapai Nibbana, dan menghapuskan, dan diluar bentuk-bentuk pengalaman manusia
biasa. Dalam agama Buddha lebih banyak mengarahkan pelajarannya pada dua macam
yang lebih penting, langsung, nyata, dan dapat dibuktikan kebenarannya
berdasarkan pengalaman. Pertama adalah pemeliharaan serta bertambahnya dan
berkembangnya perasaan-perasaan yang positif dan mulia, seperti: cinta kasih,
kasih sayang, kesucian batin, keseimbangan, dan perasaan simpati pada orang
lain. Dan yang kedua adalah melenyapkan kelobaan, kebencian, kegelapan batin,
kesombongan, nafsu-nafsu, dan semua perasaan negatif (buruk).
Lenyapnya
seluruh penderitaan adalah tujuan pertama dari meditasi, maka pencapaian
perasaan yang positif adalah tujuan yang kedua, dan tujuan yang ketiga adalah
pemusatan pikiran (konsentrasi) dan pandangan terang, serta kebebasan atau
tidak terikat. Konsentrasi (pemusatan pikiran) adalah kemampuan untuk memegang
pemusatan perhatian dengan kuat pada suatu objek tertentu dalam masa waktu yang
diperpanjang[3].
Segi-segi yang dapat merintangi
dalam latihan dan kemajuan meditasi, yaitu:
·
Rintangan yang berbentuk kejiwaan,
·
Materi,
·
Keadaan sosial.
Meditasi dalam
Buddha ada duamacam, pertama meditasi yang disebut Samatha-Bhavana
yaitu meditasi untuk mencapai ketenangan hidup. Samatha bhavana artinya
pengembangan ketenangan bathin, atau dengan sebutan lain yaitu samatha
–kammatthana artinya ketenangan batin sebagai tujuan dari meditasi/samadhi
dengan memilih salah satu dari 40 objek dan diantaranya yang terbaik bagi mereka
yang pertama kali melatih Samatha Bhavana ialah memakai objek Metta.[4]
Obyek yang dipakai dalam Samatha Bhavana ada 40 macam. Obyek-obyek itu adalah
sepuluh kasina, sepuluh asubha, sepuluh anussati, empat appamañña,
satu aharapatikulasañña, satu catudhatuvavatthana, dan empat arupa.
Meditasi
yang kedua adalah
meditasi Vipassana-Bhavana, yaitu meditasi yang dapat membersihkan
kekotoran batin dan pikiran secara total, sehingga kita dapat mencapai
pandangan terang. Meditasi pengembangan pandangan terang (vipassana-bhavana)
merupakan jalan untuk menghilangkan semua kotoran batin, yang berpuncak pada
Nirwana atau berakhirnya duka. Vipassana bhavana sebutan lainnya yaitu
Vipassana-Kammatthana artinya pandangan terang sebagai tujuan dari
meditas/samadhi, tanpa memakai objek apapun, melainkan hanya perhatiannya yang
ditujukan kepada gerak-gerik jasmani dan rohani.
Vipassana
Bhavana merupakan pengembangan batin yang bertujuan untuk mencapai pandangan
terang. Dengan melaksanakan Vipassana Bhavana, kekotoran-kekotoran batin dapat
disadari dan kemudian dibasmi sampai keakar-akarnya, sehingga orang yang
melakukan Vipassana Bhavana dapat melihat hidup dan kehidupan ini dengan
sewajarnya, bahwa hidup ini dicengkeram oleh anicca (ketidak-kekalan), dukkha
(derita), dan anatta (tanpa aku yang kekal). Dengan demikian, Vipassana Bhavana
dapat menuju ke arah pembersihan batin, pembebasan sempurna, pencapaian
Nibbana.
Dalam
melaksanakan Vipassana Bhavana, obyeknya adalah nama dan rupa (batin dan
materi), atau pancakhandha (lima kelompok faktor kehidupan). Ini dilakukan
dengan memperhatikan gerak-gerik nama dan rupa terus menerus, sehingga dapat
melihat dengan nyata bahwa nama dan rupa itu dicengkeram oleh anicca
(ketidak-kekalan), dukkha (derita), dan anatta (tanpa aku). Obyek yang dipakai
dalam Vipassana Bhavana adalah nama dan rupa (batin dan materi), atau empat
satipatthana.
Pancakkhandha (lima kelompok faktor kehidupan) terdiri atas :
rupa-khandha (kelompok jasmani), vedana-khandha (kelompok perasaan), sañña-khandha (kelompok pencerapan), sankhara-khandha (kelompok bentuk pikiran), dan viññana-khandha (kelompok kesadaran). Sesungguhnya, yang disebut pancakkhandha itu adalah makhluk.
rupa-khandha (kelompok jasmani), vedana-khandha (kelompok perasaan), sañña-khandha (kelompok pencerapan), sankhara-khandha (kelompok bentuk pikiran), dan viññana-khandha (kelompok kesadaran). Sesungguhnya, yang disebut pancakkhandha itu adalah makhluk.
Dalam
melaksanakan Samatha Bhavana, pada umumnya orang yang bermeditasi sering mendapat
gangguan atau halangan atau rintangan, yaitu lima nivarana dan sepuluh
palibodha. Dalam melaksanakan Vipassana Bhavana, terdapat pula
rintangan-rintangan yang dapat menghambat perkembangan pandangan terang, yang
disebut sepuluh vipassanupakilesa.
Daftar Pustaka
Kebahagiaan
dalam Dhamma. Jakarta: Majelis Budhayana
Indonesia,1980
Mukti Krishnanda
Wijaya. Wacana Buddha-Dharma.Jakarta:
Yayasan Dharma Pembangunan, 2003
Meditasi
I.Jakarta: Vajra Dharma Nusantara,2004,
Meditasi
II.Jakarta: Vajra Dharma Nusantara,2004
Tidak ada komentar:
Posting Komentar