Reponding paper
‘ Aliran-Aliran Dalam Agama Budha ‘
Nama : Ika Wahyu
Susanti/ 4/ PA/ B
§ Tantrayana, Mantrayana dan Vajrayana
adalah sebuah sub sekte dari pada Mahayana, boleh dibilang Tantrayana adalah
aspek esoteric dari Buddhism, (Vajrayana).
§ Berasal dari kosa kata Sanskrit
"Vajra" yang berarti berlian dalam aspek kekuatannya, atau halilintar
dalam aspek kedahsyatan dan kecepatannya, serta dari kata "yana" yang
berarti wahana/kereta.
§ Kata "Tantra" sendiri
berarti "Tenun" dalam bahasa Sansekerta, merujuk kepada prakteknya
yang bertahap namun pasti, seperti tenun itu ibaratnya.
§ Tujuan akhir dari pada Vajrayana,
ialah : Mencapai kesempurnaan dalam pencerahan dengan tubuh fisik kita saat ini
di kehidupan ini juga tanpa harus menunggu hingga kalpa-kalpa yang tak
terhitung .
§ Perkembangan
Agama Budha terletak pada Tantrayana yang merupakan Fase ketiga dari
perkembangan Agama Budha (fase pertama ialah Hinayana, dan fase kedua ialah
Mayana). Fase ini mulai sekitar tahun 500 M. Dan berakhir sampai tahun 1.000 M.
§ Yang
menarik dalam fase ini adalah
cosmical-soteriological (yang berhubungan dengan keselamatan). [1]
sifat dasar dominan dari Tantrayana adalah occultism (kegaiban). Penekanan
utama adalah penyesuan yang harmonis dengan cosmos dan pencapaian penerangan
dengan mantra atau metode gaib. Bahasanya adalah kebanyakan Sansekerta atau
Apabhramsa. Aliran Tantra Buddhist disebut juga Esoterik ( = Guhya Upadesa )
yang berarti secara rahasia, tersembunyi dan mistik, sedangkan aliran Buddhist
lainnya disebut Exoterik ( = Vyakta Upadesa ) yang berarti sesuatu yang terbuka
atau terlihat.
§ Bagi
aliran Exoterik pelajarannya didasarkan pada Tripitaka dan untuk mencapai
ke-Buddha-an adalah secara berangsur-angsur dan bertingkat. Bagi aliran
Esoterik pencapaian ke-Buddha-an hanya dalam sekejap, melakukan upacara atau
ritual (Vidhi ) merupakan peranan yang penting. Emapat tingkatan Tantra;
1. Kriya Tantra; bersifat keupacaraan
dan bakti, keyakinan atau saddha lebih menonjol dibandingkan prajna.
2. Caryatantra; keyakinan dan Prajna
seimbang.
3. Yogatantra; proses kontemplatif dan
analitik lebih berkembang serta serta tumbuhnya perasaan kesamaan.
4. Anutarayigantantra; penyadaran
mistik akan kenyataan bahwa nirvana dan samsara itu identik, yang memuncak
dalam rasa kesamaan mutlak.
§ Istilah
tantrayan dapat dipergunakan untuk menunjukan sistem keagamaan, atau sutra yang
tergolong pada sistem ini.
a. Kitab
Astasahasrika-Prajnaparamita-Sutra; kitab yang tertua dari kumpulan Prajnaparamita-Sutra,
menyatakan bahwa Prajna-Paramita-Naya Dharani, yang berasal dari selatan
( Daksinapata ) akan menyebar ke arah Timur untuk selanjutnya berkembang ke
Utara ( Uttarapatha ).
b. Kitab
Sekoddesa-Tika karya Naropa, sebuah otorita di dalam kalacaka Tantra,
menyatakan bahwa Mantrayana telah dibabarkan oleh Hyang Buddha di Sri-Dhanyakataka.
c. Tradisi-tradisi
Buddist yang terdapat didalam literatur bahasa Sansekerta, Mandarin, dan Tibet,
semuanya menyebutkan bahwa Nagarjuna, sesepuh Mahayana, yang mengambil ilmu
esoterik dan kumpulan kitab Prajnaparamita-Sutra dari kerajaan Naga,
adalah berasal dari IndiaSelatan. Semua otoritas di atas selanjutnya setuju
bahwa Sri Parwata merupakan pusat kegiatan-kegiatan orang suci tersebut.
d. Manjusrimulakalpa, sebuah kitab
tentang upacara Mantrayana, telah diketahui diketemukan dari munalikkan Matham
dekat Padmanabhuram di India Selatan.
§ Mantra
adalah ajaran pembudidayaan diri, pengembangan mental ( bhavana ), suatu
cara untuk merealisasikan pribadi agung ( adhyatma ). Mantra membantu
seseorang saddhaka membebaskan pikirannya dari hal-hal duniawi, yang dengan
demikian mencapai obyek pemujaannya dan merasakan satu dengannya.
§ Sekte
Sarvastivada memiliki kumpulan mantra yang mereka sebut Mantra-Pitaka. Begitu
juga, aliran Mahasanghika memiliki kumpulan mantra khusus demikian yang
mereka sebut Dharani-pitaka atau Vidyadhara-pitaka.
§ Istilah
dharani yang berasala dari akar kata ‘dhr’ ( mempertahankan ),
secara harfiah berarti ‘apa yang melaluinnya suatu hal dipertahankan’ dan kerap
kali mengacu pada ‘penyimpangan dalam ingatan’.
§ Dharani dipergunakan untuk
tujuan-tujuan berikut ini :
a) Berhubungan
dengan Dharma : membantu mengingat sabda-sabda yang terdapat didalam
sutra-sutra.
b) Berhubungan
dengan arti : membantu agar tidak melupakkan arti sabda-sabda tersebut.
c) Berhubungan
dengan tujuan magis : membantu membangkitkan kekuatan-kekuatan magis melalui
kekuatan meditasi untuk menolong makhluk-makhluk dari kesengsaraan.
d) Berhubungan
sebagai pembantu mencapai pencerahan atau penerangan : mengenai hakekat
sebenarnya segala sesuatu.[2]
§ Sekte-sekte
yang utama dari Tantrayana adalah : Mantrayana, Vajrayana, sahajayana,
Kalacakrayana.[3]
§ Mantrayana
dimulia pada abad ke-4 dan mendapat momentumnya setelah abad ke-5.
§ Gerakan
baru ini timbul di India bagian Selatan dan Barat laut. Non-Indian
mempengaruhi, dari China, Asia Tengah, dan perbatasan sekitar India, memainkan
suatu bagian penting dalam pembentukannya.
§ Vajrayana
yang mementukan tata cara mengenai banyak sekali tradisi yang luas dalam taraf
permulaan yang telah berkembang.
§ Dia
mengambil 5 bentuk bagian mengenai semua kekuatan kosmik, tiap kelas ada dalam
suatu pengertian yang dipimpin oleh salah satu dari Panca-Tathagata.
§ Panca-Tathagata
( Panca Dhani Buddha ) ialah Vairocana, Ratna-Sambhava, Amitabha, dan
Amoghasiddhi. [4]
§ Praktek
Vajrayana tidak terlepas dari penjapaan mantra, maka sering juga dikenal dengan
istilah ajaran mantra rahasia.
§ Mazhab
Tantrayana yang berkembang di Tibet sekarang ini pada umumnya adalah Vajrayana,
mengenai Vajrayana di Tibet, Guru Rinpoche Padma Sambhava memberikan instruksi
yang mencakup enam cara untuk mencapai pembebasan melalui proses pemakaian yang
melibatkan Panca Skandha. Ke enam cara tersebut:[5]
1) Pembebasan
melalui proses pemakaian
2) Pembebasan
melalui proses pendengaran
3)
Pembebasan melalui proses ingatan
4)
Pembebasan melalui proses penglihatan
5) Pembebasan melalui proses Pengecapan
6)
Pembebasan melalui proses sentuhan.
§ Vajrayana
memandang alam kosmos (alam semesta) dalam kaitan ajaran untuk mencapai
pembebasan.
§ Mahayana
terdapat konsepsi Trikaya (tiga tubuh Buddha), maka didalam Vajrayana, Buddha
bermanifestasi dan berada dimana-mana.
§ Buddha
adalah wadah atau badan kosmik yang memiliki enam elemen, yakni : tanah, air,
api, angin, angkasa dan kesadaran.
Ritual dan Praktek
§ Tantrayana, Jalan Tantra berusaha untuk mengubah nafsu manusia dasar
keinginan dan kemalasan dalam pertumbuhan rohani dan pembangunan.
§ Tindakan
atau perbuatan itu ada 3 macam, yakni: tubuh, vokal, dan mental. Pikiran atau
perbuatan mental, darimana pikiran yang dikonsentrasikan ialah keserbaragaman
yang paling manjur, menentukan ucapan dan tindakan yang mempengaruhi pikiran.
§ Perbuatan
sakral dari Tantra bertujuan menghasilkan suatu transformasi mengenai kesadaran
dengan usaha dari (secara spiritual) suara dan gerakan yang sangat mempunyai
arti secara spiritual.
§ Pokok-pokok
ajaran Mantrayana dapat ditemui pada karya karya padma-dkarpo dari Tibet.
Menurut beliau, tujuan dari Mantrayana adalah sama seperti apa yang dituju oleh
aliran-aliran lainnya dalam agama Buddha, yakni kemanunggalan manusia dengan
penerangan sempurna atau kesempurnaan secara spiritual. Bodhicitta adalah
sebagai suatu sarana bagi setiap umat Buddha untuk mencapai tujuannya.
Bodhicitta biasanya terbagi menjadi dua bagian, yakni :
i.
Bodhi pranidhi
citta : Tingkat persiapan untuk pencapaian kebuddhaan.
ii.
Bodhi prasthana
citta :Tingkat pelaksanaan sesungguhnya dalam usaha menuju cita-cita.
§ Vajrayana atau Tantra juga dikenal
sebagai aliran mistis. Kemistisannya itu nampak dalam praktek meditasi Tantra
dalam empat hal yang tidak dapat ditinggalkan yaitu; mudra, dharani, mantra,
dan mandala.
DAFTAR
PUSTAKA
Suwarto.
T. Buddha Dharma Mahayana. Majelis Buddha Mahayana Indonesia. Jakarta:
1995
Honig,
J.R. Ilmu Agama. BPK Gunung Mulia. Jakarta: 1997
Ali,
Mukti. Agama-agama di Dinuia. IAIN Sunan Kali Jaga Press. Yogyakarta:1988
[1]
Suwarto T, Budha Darma Mahayana, (
Jakarta : Majelis Agama Buddha Mahayan Indonesia, 1995 )hlm. 119
[2]
Suwarto T, Budha Darma Mahayana, (
Jakarta : Majelis Agama Buddha Mahayan Indonesia, 1995 )hlm. 123
[3]
Honig, Ilmu Agama, ( Jakarta : PT BPK Gunung Mulia, 2009)
[4]
Harun, Hadiwijono, Agama Hindu dan Buddha, ( Jakarta : Gunung Mulia, 2010),
Cet. Ke-17
Tidak ada komentar:
Posting Komentar